Kamis, 03 Juli 2008

YAGOON BURMA( MYANMAR )

Sejarah Yagoon Burma ( Myanmar )
Persatuan Myanmar (juga dikenal sebagai Burma) adalah sebuah negara di Asia Tenggara. Negara seluas 680 km² ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak kudeta tahun 1988. Negara ini adalah negara berkembang dan memiliki populasi lebih dari 50 juta jiwa. Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Naypyidaw pada tanggal 7 November 2005.
Pada 1988, terjadi gelombang demonstrasi besar menentang pemerintahan junta militer. Gelombang demonstrasi ini berakhir dengan tindak kekerasan yang dilakukan tentara terhadap para demonstran. Lebih dari 3000 orang terbunuh.
Pada pemilu 1990 partai pro-demokrasi pimpinan Aung San Suu Kyi memenangi 82 persen suara namun hasil pemilu ini tidak diakui rezim militer yang berkuasa.

Perubahan nama
Perubahan nama dari Burma menjadi Myanmar dilakukan oleh pemerintahan junta militer pada tanggal 18 Juni 1989. Junta militer merubah nama Burma menjadi Myanmar agar etnis non-Burma merasa menjadi bagian dari negara. Walaupun begitu, perubahan nama ini tidak sepenuhnya diadopsi oleh dunia internasional.
Beberapa negara Eropa seperti Inggris dan Irlandia yang tidak mengakui legitimasi kekuasaan junta militer tetap menggunakan "Burma" untuk merujuk kepada negara tersebut.
PBB, yang mengakui hak negara untuk menentukan nama negaranya, menggunakan Myanmar, begitu pula dengan Perancis dan Jerman. Di Jerman, kementerian luar negeri menggunakan Myanmar, tetapi hampir seluruh media Jerman menggunakan Burma.
Pemerintah AS, yang tidak mengakui legitimasi kekuasaan junta militer tetap menggunakan Burma tetapi mayoritas media besar seperti The New York Times, CNN dan Associated Press menggunakan Myanmar.
Pemerintah junta juga mengubah nama Rangoon menjadi Yangon. Pada 2005, pemerintah membangun ibu kota baru, bernama Naypyidaw.

Gelombang protes 1988
Meski terkenal akan pelanggaran HAM, Myanmar justru memiliki sejarah protes massa yang panjang. Ketika Indonesia bungkam dengan gerakan bawah tanah di era Soeharto, gelombang protes Myanmar justru menguat sejak dimulainya masa pemerintahan militer Jenderal Ne Win. Tahun 1988, gelombang protes massa Myanmar ini melibatkan pelajar, pejabat sipil, pekerja hingga para biksu Budha. Protes hadir saat Ne Win menggunakan tentara bersenjata demi kudeta militer.
Sejak awal massa Myanmar memang telah menginginkan berakhirnya junta militer ini. . The State Peace and Development Council's (SPDC's) Myanmar mengajukan tuntutan yang populer untuk mereformasi pemerintahan menjadi neo-liberal. Tuntutan reformasi ini terutama berlaku untuk ekonomi, termasuk saat bulan lalu pemerintah Myanmar menarik subsidi BBM.
Protes massa Myanmar memang tak segaduh Amerika yang liberal. Dimana-mana rejim militer masih memegang kendali sosial. Asia Times mencatat, gerakan protes umumnya mulai dalam jumlah kecil dan tersebar. Beberapa bulan terkahir ini misalnya, protes kecil dan damai terus berkelanjutan di ibukota Yangon.
Namun kemarahan publik ini bisa berubah menjadi efek bola salju dan menjadi gerakan massa besar-besaran. Salah satunya yang terjadi di Pakkoku. Setelah bola salju ini pecah, maka perlahan akan kembali menggumpal. Beberapa hari setelah kejadian Pakkoku, 500 biksu kembali berbaris damai di Yangon, Myanmar. Layaknya biksu, New York Times mencatat gerakan ini malah berdoa untuk kedamaian dan keselamatan setelah peristiwa Pakkoku.
Gerakan dalam protes bukan hanya terjadi dari satu pihak saja. Pemerintah Myanmar juga menyikapinya dengan Union Solidarity and Development Association (USDA). USDA tercatat kerap bergabung dalam gelombang protes ini. Organisasi propemerintah ini tercatat bahkan ikut terlibat dalam upaya pembunuhan Suu Kyii di tahun 2003. Meski gagal, aksi tersebut memakan korban simpatisan National League dor Democracy (NLD) sebagai gantinya.
“Anggota kelompok ini (USDA) dilatih khusus untuk mengontrol massa dan mengubah protes menjadi aksi kekerasan,” kata seorang Diplomat barat di Yangon pada Asia Times. Dunia Barat mencurigai gerakan ini berada dalam sayap yang sama dengan intelejen Myanmar. Apalagi, setiap aksi protes yang terjadi sangat sulit untuk diliput oleh para jurnalis, termasuk jurnalis internasional. Rekrut anggota juga dicurigai berasal dari para kriminal. Seiring bertambahnya anggota USDA, sekurangnya 600 kirminal juga dilepaskan dari Penjara Yangon. Hingga kini anggota USDA diperkirakan mencapai 2000 orang.
USDA berfungsi menyaingi kelompok pelajar dan biksu Bhuda yang vokal dalam aksi protes. Apalagi secara khusus aktivis Myanmar telah memiliki organisasi protes massanya sendiri. Organisasi 88 Generation Student ini didirikan oleh penyair internasional asal Myanmar Ming Ko Naing dan Ko Ko Gyi. Keduanya mendirikan organisasi ini setelah dibebaskan dari 14 tahun penjara, dan cukup populer di mata masyarakat Myanmar. Meski berlabel pelajar, Generation 88 kerap bekerjasama denganpara pekerja, sipil hingga para biksu Buddha.
“Kami percaya tak satupun warga Myanmar yang rela menerima aksi kekerasan politik junta militer,” kata salah satu pemimpin Generation 88 Htay Kywe pada Asia Time. Dan dalam setiap protes massa Myanmar hampir bisa dipastikan USDA dan Generation 88 berperang didalamnya.

Gelombang protes 2007
oleh para biksu budha di Myanmar. Pada awalnya para biksu menolak sumbangan makanan dari para jendral penguasa dan keluarganya, penolakan ini menjadi simbol bahwa para biksu tidak lagi mau merestui kelakuan para penguasa militer Myanmar. Aksi demo juga dipicu oleh naiknya harga BBM beberapa ratus persen akibat dicabutnya subsidi. Demo melibatkan ribuan bikshu kemudian meletus diberbagai kota di Myanmar, para warga sipil akhirnya juga banyak yang mengikuti. Pemerintah Junta Militer melakukan aksi kekerasan dalam membubarkan demo-demo besar ini, Pagoda-pagoda disegel, para demonstran ditahan, dan senjata digunakan untuk membubarkan massa. Banyak biksu ditahan, beberapa diyakini disiksa dan meninggal dunia. Sepanjang Gelombang protes terjadi belasan orang diyakini menjadi korban, termasuk seorang reporter berkebangsaan Jepang, Kenji Nagai, yang ditembak oleh tentara dari jarak dekat saat meliput demonstrasi. Kematian warga Jepang ini memicu protes Jepang pada Myanmar dan mengakibatkan dicabutnya beberapa bantuan Jepang kepada Myanmar.

Akar permasalahan gelombang protes
Etnis Burma, berasal dari Tibet, merupakan etnis mayoritas di Myanmar. Namun, etnis Burma adalah kelompok yang datang belakangan di Myanmar, yang sudah lebih dahulu didiami etnis Shan (Siam dalam bahasa Thai). Etnis Shan pada umumnya menghuni wilayah di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar. Sebelum etnis Burma datang, selain etnis Shan, sudah ada etnis Mon, yang menghuni wilayah selatan, juga dekat perbatasan dengan Thailand.
Sebagaimana terjadi di banyak negara, di antara tiga etnis utama di Myanmar ini terjadi perang. Satu sama lain silih berganti menjadi penguasa di daerah yang dinamakan Burma, kini Myanmar. Inilah yang terjadi, perebutan kekuasaan, sebelum kedatangan Inggris pada tahun 1885.
Ada juga etnis lain di Myanmar, yang kemudian turut meramaikan ketegangan politik sebelum penjajahan dan pasca-penjajahan Inggris. Misalnya, ada etnis Rakhine, lebih dekat ke Bangladesh.
Saat penjajahan, berbagai kelompok etnis ini berjuang untuk mengakhiri penjajahan. Setelah penjajahan berakhir dan merdeka pada tanggal 4 Januari 1948, makin terjadi kontak lebih ramah antara etnis Burma dan semua etnis non-Burma.

Burmaisasi
Aung San, ayah dari Aung San Suu Kyi, bersama U Nu adalah tokoh utama di balik kemerdekaan dan menjadi pemimpin negara. Akan tetapi, pada tahun 1962, militer yang didominasi etnis Burma mengambil alih kekuasaan negara. Ne Win adalah otak di balik kudeta itu.
Cikal bakal junta militer sekarang (disebut sebagai Dewan Negara untuk Perdamaian dan Pembangunan / SPDC) berasal dari kekuasaan Ne Win itu. SPDC sendiri didominasi oleh etnis Burma. Konfigurasi kekuasaan hak pun menjadi tidak berimbang antara etnis Burma yang mendominasi dan etnis non-Burma yang merasa ditindas. Sehingga muncullah perlawanan dari beberapa etnis non-Burma, termasuk etnis Karen, yang mendominasi wilayah pegunungan di utara, yang dikenal sebagai golden triangle (segitiga emas).
Burma memilih cara apa pun untuk mencegah hal itu terjadi. Sejak 1960-an, terjadilah diaspora warga Myanmar. Berbagai warga Myanmar dari kelompok etnis kini tinggal di Thailand, Bangladesh, Cina, Laos, dan India. Semua negara ini berbatasan langsung dengan Myanmar.
Kemenangan kubu demonstrasi, pimpinan Aung San Suu Kyi pada Pemilu tahun 1990, tak dikehendaki oleh kelompok etnis Burma. Kubu Suu Kyi dan dan etnis non-Burma lainnya merupakan ancaman bagi supremasi etnis Burma. Kemenangan Suu Kyi pun dihadang. Kekuasaan direbut. Beginilah yang terjadi seterusnya dan seterusnya.





Pembagian administratif

14 negara bagian dan divisi Myanmar.
Myanmar dibagi menjadi tujuh negara bagian (pyine) dan tujuh divisi (yin).[1] Divisi mayoritas dihuni etnis Bamar, sementara negara bagian mayoritas dihuni etnis-etnis minoritas tertentu. Setiap negara bagian dan divisi kemudian dibagi lagi menjadi distrik-distrik.
Divisi
Divisi Irrawaddy
Divisi Bago
Divisi Magway
Divisi Mandalay
Divisi Sagaing
Divisi Tanintharyi
Divisi Yangon
Negara bagian
Negara Bagian Chin
Negara Bagian Kachin
Negara Bagian Kayin (Karen)
Negara Bagian Kayah (Karenni
Negara Bagian Mon
Negara Bagian Rakhine (Arakan)
Negara Bagian Shan
Kelompok etnis di Myanmar
Etnis Bamar/Burma. Dua pertiga dari total warga Myanmar. Beragama Buddha, menghuni sebagian besar wilayah negara kecuali pedesaan.
Etnis Karen. Suku yang beragama Buddha, Kristen atau paduannya. Memperjuangkan otonomi selama 60 tahun. Menghuni pegunungan dekat perbatasan dengan Thailand.
Etnis Shan. Etnis yang beragama Buddha yang berkerabat dengan etnis Thai.
Etnis Arakan. Juga disebut Rakhine, umumnya beragama Buddha dan tinggal di perbukitan di Myanmar barat.
Etnis Mon. Etnis yang beragama Buddha yang menghuni kawasan selatan dekat perbatasan Thailand.
Etnis Kachin. Kebanyakan beragama Kristen. Mereka juga tersebar di Cina dan India.
Etnis Chin. Kebanyakan beragama Kristen, menghuni dekat perbatasan India.
Etnis Rohingya. Etnis Muslim yang tinggal di utara Rakhine, banyak yang telah mengungsi ke Bangladesh atau Thailand.
Lee Sebut Jenderal Junta Bodoh
Pernah Sarankan Than Shwe Tiru Soeharto
Singapura memaksimalkan peran sebagai pemimpin negara ASEAN untuk terus menekan junta militer Myanmar. Setelah wakilnya di PBB mendesak adanya sanksi bagi pemerintahan militer Myanmar, kemarin giliran Menteri Mentor Singapura Lee Kuan Yew mengecam keras pucuk pimpinan junta, Jenderal Than Shwe.
Sebagaimana dilaporkan harian The Straits Times kemarin (10/10), bapak pendiri Singapura itu menyatakan, para pimpinan junta militer yang berkuasa 45 tahun tersebut terdiri atas para jenderal bodoh. "Mereka gagal memaksimalkan potensi ekonomi Myanmar. Padahal, negara itu diberkahi sumber daya alam luar biasa," ujar Lee, panggilan akrab Lee Kuan Yew, saat wawancara dengan kelompok kolumnis AS di kantornya.
Kegagalan kelompok jenderal mengembangkan potensi Myanmar itu, kata dia, akan membuat mereka tidak akan bertahan lama.
Lee menyebutkan, dirinya pernah memiliki hubungan baik dengan salah satu tangan kanan Than Shwe, yaitu Jenderal Khin Nyunt. "Dia adalah jenderal yang paling pintar dibandingkan lainnya. Saya sering bertukar ide dengan dia. Saya pernah mengatakan kepada dia agar para junta Myanmar meniru Soeharto (mantan presiden RI, Red)," ungkapnya.
Lee menjelaskan kepada Khin Nyunt, Soeharto sukses melepas citra militer, lalu membentuk sebuah partai besar bernama Golkar dan sukses memerintah dengan citra sebagai pemimpin dari partai sipil. "Sayangnya, di tengah jalan, Soeharto jatuh. Jadilah saran saya untuk Khin Nyunt, yang kemudian disampaikan kepada Than Shwe, dianggap sebagai nasihat yang menyesatkan," jelas mantan PM Singapura tersebut.Akibatnya, Khin Nyunt ditangkap. Seluruh jabatannya dilucuti dan akhirnya dikenai tahanan rumah.
Meski mengecam junta militer, Lee menegaskan, upaya solusi atas krisis Myanmar harus melibatkan mereka. "Tentara harus menjadi bagian dari solusi atas Myanmar. Mereka mengontrol semua lini. Meninggalkan mereka berarti bersiap dengan solusi tanpa hasil," tegasnya.
Dia menceritakan, dirinya pernah merekomendasikan beberapa pengusaha untuk menanamkan modal di Myanmar beberapa tahun lalu. "Namun, saya menyesali rekomendasi saya. Sebab, setelah mereka menanamkan modal jutaan dolar di sektor perhotelan, kini yang mereka dapat hanya hotel yang melompong," ujarnya.
Dari Yagon, Myanmar, dilaporkan, Junta militer Myanmar mulai membuka pintu negosiasi dengan para biksu. Merespons sinyal positif itu, sejak Selasa lalu (9 Oktober), para biksu di Myanmar sepakat menghentikan aksi untuk berdialog dengan pemerintah di Naypidaw, ibu kota Myanmar.
Perwakilan biksu dipimpin U Yarzadana dari Yangon. Sedangkan junta militer diwakili Kolonel Than Shin, sekretaris pemerintahan. Pemerintah menjanjikan, setelah ada kesepakatan dengan para biksu, akan dilakukan juga dialog dengan tokoh demokrasi di Myanmar Aung San Syuu Kyi.
Pemimpin biksu di Mandalay U Wesaikta mengatakan, saat ini pihaknya menghentikan unjuk rasa di Mandalay sambil menunggu hasil negosiasi. "Kami beri deadline sampai Minggu 14 Oktober," kata U Wesaikta kepada Jawa Pos saat ditemui di wiharanya di Mandalay kemarin.
Di Mandalay, kota terbesar kedua setelah Yangon, pasca tertembaknya wartawan Jepang Kenji Nagai terus terjadi unjuk rasa. Setiap hari ratusan biksu di Mandalay berkumpul di Pagoda Maha Myat Muni, pagoda terbesar di Mandalay. Mereka juga berkeliling kota sambil membalik kuali atau mangkuk sebagai symbol menolak donasi dari pemerintah.
Tentara di Mandalay juga tidak kasar seperti di Yangon. Tetapi, wilayahnya dibatasi hanya di dalam kota Mandalay. Para biksu dilarang keluar dari kota Mandalay. Gerbang Mandalay dijaga ketat oleh tentara.Pemerintah, tampaknya, sengaja memberikan angin kepada para biksu untuk bisa mengajak dialog. "Kalau 14 Oktober tidak ada kesepakatan, kami akan turun lagi ke jalan," ujar biksu berusia 50 tahun itu.
Saat ini, meski menyatakan jeda unjuk rasa, para biksu tetap melakukan aksi menolak donasi dari pemerintah. Setiap melalui kantor milik pemerintah, para biksu dan biksuni di Mandalay membalik mangkuk. Itu sebagai tanda bahwa mereka tidak menerima donasi dari kantor tersebut. Mereka juga menolak pemberian makanan, minuman, dan pakaian dari pemerintah.Ada tiga tuntutan para biksu kepada pemerintah. Yaitu, pembebasan para biksu, penurunan harga, dan penegakan demokrasi. "Jika tiga tuntutan itu ditolak, kami akan turun lagi," katanya,
Perkembangan sementara, negosiasi berjalan alot. Para biksu ngotot pada tuntutannya. Namun, pemerintah menganggap tuntutan biksu berlebihan dan sudah mengarah pada gerakan politik. Pemerintah meminta para biksu sabar menunggu demokrasi di Myanmar.
Beberapa kali pemerintah mengumumkan ke publik melalui selebaran dan televisi bahwa pemerintah dan rakyat Myanmar sama-sama ingin membangun sendiri demokrasi baru di Myanmar tanpa campur tangan asing. Karena itu, fondasi demokrasi harus ditata terlebih dahulu.
Pemerintah juga meminta para biksu tidak memberikan dukungan kepada Aung San Syuu Kyi. Than Shwe menuduh Aung San Syuu Kyi adalah agen asing yang akan membawa kepentingan asing masuk Myanmar. Almarhum suami Aung San Syuu Kyi yang berkebangsaan Inggris dijadikan bukti tuduhan tersebut.
Junta militer, tampaknya, juga ingin mencari pembenaran bahwa Barat bermain di balik kekacauan di Myanmar. Biksu-biksu di Myanmar menceritakan, saat demo 27 September yang berujung kerusuhan, yang diperintah menembak adalah tentara dari Kachin, salah satu state di Myanmar.
"Saya melihat simbol di lengan tentara itu bukan tentara nasional. Mereka adalah tentara Kachin. Tentara dari Myanmar bagian utara itu beragama Kristen," kata salah seorang biksu di Yangon yang tidak mau disebut namanya dengan alasan keamanan.
Dengan menyuruh tentara Kachin menembak biksu, diharapkan muncul kesan ada kekuatan internasional -dalam hal ini Barat- yang menyokong penembakan biksu. Isunya sengaja dibawa menyerempet isu agama. "Tapi, kami tidak percaya. Tidak mungkin tentara Myanmar berani bertindak sendiri tanpa perintah Than Shwe," ujarnya.
Di Myanmar ada tujuh negara bagian (states), yaitu Chin, Kachin, Kyah, Kayin, Mon, Rahkine, dan Shan. Masing-masing memiliki tentara, namun di bawah koordinasi tentara nasional. Saat unjuk rasa biksu, tentara dari luar Yangon didatangkan.
Usaha lain pemerintah untuk memecah belah biksu adalah mereka menyebar biksu palsu ke Yangon dan Mandalay. "Anda jangan berbicara dengan sembarang biksu. Bisa jadi itu biksu palsu," kata U Wesaikta.
Biksu-biksu palsu itu disebar di pagoda-pagoda untuk mengesankan kegiatan para biksu berjalan normal seperti biasa. Dengan begitu, orang kembali mau berkunjung ke pagoda.
Para biksu di Mandalay saat ini menunggu berita dari Naypidaw. Mereka sudah siap untuk turun ke jalan secara besar-besaran seandainya perundingan gagal. Aksi unjuk rasa akan disiapkan di Mandalay dan Yangon.
Pihak pemerintah juga tidak kalah gesit. Pemerintah telah menyiapkan aksi projunta secara besar-besaran di Yangon pada Sabtu 13 Oktober 2007. Sejumlah kantor dan organisasi di Yangon sudah dihubungi pemerintah untuk menyiapkan diri mengikuti rapat akbar mendukung pemerintahan Than Shwe.
Seminggu terakhir, pemerintah giat menggelar aksi tandingan para biksu di berbagai kota. Di antaranya di Kachin, Myingyan, Pyawbe Township, Taunghta, Kanbalu, Shwebo, dan Yamethin. Pegawai negeri diwajibkan ikut dalam aksi tersebut. Mereka membawa poster bertulisan Beware of rumors of BBC and VOA, RFA Setting up hostilities, We don’t want provocation of foreign countries dan we don’t accept neo colonialism.
Tayangan unjuk rasa projunta itu diulang-ulang di stasiun TV Myanmar MRTV. Sehari bisa disiarkan ulang hingga lima kali. Selain itu, pemerintah melalui koran dan televisi lokal juga mengimbau para wartawan asing yang masih berada di Myanmar segera meninggalkan negara tersebut.

Minggu, 29 Juni 2008

GENERASI PENERUS BANGSA DALAM BAHAYA

Generasi Penerus Bangsa dalam Bahaya
OLEH: MUHAMMAD ZAIBI, S.Pd

Minimalkan Zat Aditif pada Makanan

HARUS diakui, tidak semua bahan pengawet berbahaya. Namun, tetap saja, kita harus berhati-hati. Bahan pengawet yang dikatakan aman, jika dikonsumsi melebihi dosis maksimum, tetap berbahaya. Adakah makanan dalam kemasan yang tanpa bahan pengawet? Rasanya pertanyaan tersebut terdengar aneh di zaman sekarang. Betapa tidak, nyaris setiap hari perut kita tak pernah absen menerima pasokan makanan berbahan pengawet.
Pada dasarnya ada beberapa alasan mengapa para produsen makanan mengawetkan produk mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Pengawetan menjadikan makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Ini jelas sangat menguntungkan pedagang. Alasan lain, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri. Seperti penambahan kalium nitrit agar olahan daging tampak berwarna merah segar. Tampilan yang menarik biasanya membuat konsumen jatuh hati untuk membeli.
Secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali. Kedua, ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen. Ketiga, zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias berbahaya seperti boraks, formalin, dan rhodamin B. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan dan jantung. Sedangkan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan dapat menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan kulit.
Jenis dan dampak
Beberapa zat pengawet diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, misalnya alergi atau digunakan secara berlebihan.
Pertama, kalsium benzoat. Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma.
Kedua, sulfur dioksida (SO2). Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker, dan alergi.
Ketiga, kalium nitrit. Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet. Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan keracunan.
Keempat, kalsium propionat (natrium propionat). Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
Kelima, natrium metasulfat. Sama dengan kalsium dan natrium propionat, natrium metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit.
Keenam, asam sorbat. Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman bersoda 400.
Adapun bahan pengawet yang digolongkan tidak aman, di antaranya natamysin. Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan kulit. Selain itu, ada kalium asetat, makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal. Setelah itu, ada Butil Hidroksi Anisol (BHA), biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
Pengawetan alamiah
Sebenarnya, tanpa bahan pengawet kimia yang berefek racun, seperti halnya formalin, masyarakat bisa melakukan pengawetan dengan memanfaatkan bahan alami. Salah satunya adalah menggunakan garam (NaCl). Cara ini sudah dilakukan beratahun-tahun dalam masyarakat kita.
Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet. Prosesnya biasa disebut dengan pengasinan (curing) atau penggaraman (maka lahirlah istilah ikan asin).
Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam. Contohnya ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama berminggu-minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi. Apalagi jika keluarga si anak memiliki riwayat hipertensi.
Metode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah 0oC mampu memperlambat reaksi metabolisme, di samping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak makanan.
Cara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin tinggi kadar air dalam makanan tertentu, semakin cepat proses kerusakannya. Melalui proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu, mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang biak.
KANDUNGAN ZAT ADDITIVE PADAP RODUK KEMASAN
1. Pengertian
Zat additive adalah bahan tambahan makanan yang berguna sebagai pelengkap pada suatu bahan
2. Kegunaan
Zat additive pada produk makanan dan minuman berfungsi sebagai bahan yang dapat memperpanjang masa simpan produk serta untuk memperoleh mutu sensoris (citarasa,warna,dan tekstur)
3. Bahaya
Penggunaan zat addtive secara berlebihan dapat membahayakan kesehatan karena bahan tersebut ada kemungkinan bersifat mutagenik/karsinogenik yang dapat menimbulkan kelainan genetik seperti kanker, penuaan sel, dan kerusakan organ yang lain.
4. Macam-macam bahan alamiah pengganti
Zat Pemanis :
Ø Pemanis nutritif (menghasilkan kalori), berasal dari tanaman (sukrosa/ gula tebu, gula bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian karbohidrat (sirup glukosa, dekstrosa, sorbitol).
Ø Pemanis non nutritif (tidak menghasilkan kalori), berasal dari tanaman (steviosida), dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).
Zat Pewarna :
Ø Daun suji untuk warna hijau
Ø Gula merah untuk warna coklat
Ø Kunyit untuk warna kuning
Ø Daun jati untuk warna merah
Ø Kulit buah manggis untuk warna ungu
Pewarna alami adalah pigmen-pigmen yang diperoleh dari bahan nabati, hewani, bakteri dan algae. Pigmen tersebut antara lain :
Ø Antosianin (oranye, merah biru)
Ø Betasianin dan betanin (kuning dan merah)
Ø Karotenoid (kuning merah dan oranye)
Ø Klorofil (warna hijau sampai hijau kotor)
Ø Flavonoid (kuning)
Ø Tanin (kuning)
Ø Betalain (kuning, merah)
Ø Kuinon (kuning sampai hitam)
Ø Xantin (kuning)
Ø Pigmen heme (merah, coklat)
Zat warna alami komersial yang diijinkan untuk dipakai pada makanan dan minuman di Indonesia antara lain: anato, karamel, karoten, karmin, klorofil, safron, santaksantin, titanium dioksida dan tumerik.
5. Jenis-jenis
Bahan tambahan makanan yang diijinkan digunakan pada makanan terdiri dari 11 golongan yaitu:
1. Antioksidan (untuk mencegah/ menghambat oksidasi)
2. Antikempal (untuk mencegah mengempalnya makanan yang berupa bubuk)
3. Pengatur keasaman (untuk mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan)
4. Pemanis buatan (zat yang dapat menimbulkan rasa manis pada makanan yang tidak/ hampir tidak memiliki nilai gizi)
5. Pemutih dan pematang tepung (mempercepat proses pemutihan untuk memperbaiki mutu pemanggangan)
6. Pengemulsi, pemantap dan pengental (untuk membantu terbentuknya sistem dispersi yang homogen pada makanan)
7. Pengawet (untuk mencegah / menghambat kerusakan oleh mikroba)
8. Pengeras (untuk memperkeras / mencegah melunaknya makanan)
9. Pewarna (untuk memperbaiki / memberi warna pada makanan)
10. Penyedap rasa dan aroma (untuk memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma)
11. Sequesteran (untuk mengikat ion logam yang ada pada makanan)
6. Kandungan zat additive yang ada pada produk:
1. Kandungan zat additive pada produk makanan seperti:
antioksidan dinatrium benzoat,natrium benzoat,kalsium benzoat, kalium benzoat, pewarna, ferro fumarat, asam sitrat, vitsin, sodium benzoat, zat besi, pengatur keasaman, pengental, asam folat, thickener, guargum, mononatrium glutamat, trikalsium fosfat, asam laktat, asam asetat,tokoferol,citrid acid, lactid acid, potassium, ascorbid acid, metil-p-hidroksi benzoat.
2. Kandungan zat additive pada produk minuman seperti natrium banzoat, pewarna, natrium sulfat, asam sitrat, natrium nitrit, mononatrium glutamat, poliphospat, ascorbid acid, magnesium karbonat, natrium klor, asam laktat, belerang dioksida, sodium nitrit
Formalin pada makanan
Pernahkah anda membaca label isi kandungan makanan ringan yang anda beli? Jika diperhatikan betul-betul, anda pasti sadar selain komponen utama makanan atau obat-obatan yang anda beli sering mengandungi berbagai bahan campuran lain. Contohnya, bahan-bahan campuran yang diberi nama huruf awal "E", seperti E101 (Riboflavin), E123 (Amaranth), E211 (Natrium Benzoate), E249 (Kalium Nitrit), E322 (Lesitin) dan sebagainya. Bahan-bahan campuran ini diberi nama aditif. Jadi zat aditif makanan merupakan zat yang yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan maksud meningkatkan cita rasa, tampilan, daya simpan, dll.
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung kegunaanya, diantaranya:
Ø MSG sebagai penguat rasa makanan dan juga untuk melezatkan makanan. MSG merupakan zat aditif makanan buatan, sedangkan yang alami diantaranya adalah bunga cengkeh.
Ø Tartrazin adalah pewarna makanan buatan yang mempunyai banyak macam pilihan warna, diantaranya Tartrazin CI 19140. Bahan pewarna makanan alami diantaranya adalah daun pandan.
Ø Gom Arab adalah bahan aditif alami yang gunanya untuk mengemulsi minyak dan air agar dapat bersatu.
Ø Garam alginat dan gliserin marupakan bahan adtif buatan yang digunakan untuk menstabilkan dan memekatkan suatu makanan sehinggga dapat membuat makanan bertekstur lembut dan rata
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Lebih parah lagi, apabila zat aditif yang digunakan sebenarnya bukan untuk dikonsumsi
manusia (karena bersifat toxic) seperti pewarna merah Rhodamine-B (pewarna textile), Borax sebagai pengenyal dan pengawet (racun semut/kecoa serta bahan campuran barang industri termasuk pembuatan kaca anti peluru), Formalin sebagai pengawet makanan basah (biasa di gunakan mengawetkan mayat), Gula tetes serta pemanis buatan yang tidak disarankan antara lain Sakarin (daya manis hingga 500x gula tebu), dll.
TENTANG FORMALIN
Formalin : adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.Penggunaan Formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui sejumlah survey dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya
Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet beberapa hari dan tidak mudah basi
Akibat bagi manusia : Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Kalau terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut.
Pembuatan: Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia
2 CH3OH + O2 → 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 °C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
CH3OH → H2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.
Kegunaan lain Formaldehide (bahan Formalin):
Pengawet mayat
Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya.
Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca
Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi.
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Bahan untuk pembuatan produk parfum.
Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.
Pencegah korosi untuk sumur minyak
Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.
Efek samping zat aditif
Bahan aditif juga bisa membuat penyakit jika tidak digunakan sesuai dosis, apalagi bahan aditif buatan atau sintetis. Penyakit yang biasa timbul dalam jangka waktu lama setelah menggunakan suatu bahan aditif adalah kanker, kerusakan ginjal, dan lain-lain. Maka dari itu pemerintah menagtur penggunaan bahan aditif makanan scara ketat dan juga melarang pengguanaan bahan aditif makanan tertentu jika dapat menimbulakan masalah kesehatan yang berbahaya. Pemerintah juga melakukan berbagai penelitian guna menemukan bahan aditif makanan yang aman dan murah Menurut Dr. Sri Durjati Boedihardjo, ada beberapa alasan mengapa para pembuat makanan mengawetkan produk mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak ( *perishable*). Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan ini jelas-jelas sangat menguntungkan pedagang. Alasan lain, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri. Seperti penambahan kalium nitrit agar olahan daging tampak berwarna merah segar. Tampilan yang menarik biasanya membuat konsumen jatuh hati untuk membelinya. Menurut pakar gizi dari RS Internasional Bintaro, Banten, secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga. Ada GRAS (*Generally Recognized as Safe *) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali. Jenis berikut adalah ADI (*Acceptable Daily Intake*), yangselalu ditetapkanbatas penggunaan hariannya (*daily intake* ) guna melindungi kesehatan konsumen. Terakhir adalah zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias berbahaya seperti boraks, formalin dan rhodamin B. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru serta gangguan pada alat pencernaan dan jantung. Sedangkan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan dapat menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan kulit. PENGAWETAN ALAMIDENGAN GARAM Salah satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan masyarakat luas selama bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet. Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contohnya ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama berminggu-minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi. Apalagi jika keluarga si anak memiliki riwayat hipertensi. DENGAN SUHU RENDAHMetode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat reaksi metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak makanan. Prosedur pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan tetap saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu, pembekuan juga berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan tersebut. DENGAN PENGERINGANCara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin tinggi kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses kerusakannya. Melalui proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu, mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang biak. Seperti halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa maksimal, proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur dan mikroba tetap bisa tumbuh pada makanan yang berarti tidak aman lagi dikonsumsi. Lebih lanjut, ahli gizi yang kerap disapa Ndung ini menuturkan, berdasarkan Permenkes No.722/88 terdapat 25 jenis pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan. Meski termasuk kategori aman, hendaknya bahan pengawet tersebut harus digunakan dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan. BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN:1. asam benzoat, 2. asam propionat, 3. asam sorbat, 4. sulfur dioksida, 5. etil p-hidroksi benzoat, 6. kalium benzoat, 7. kalium sulfit, 8. kalium bisulfit, 9. kalium nitrat, 10. kalium nitrit, 11. kalium propionat, 12. kalium sorbat, 13. kalsium propionat, 14. kalsium sorbat, 15. kalsium benzoat, 16. natrium benzoat, 17. metil-p-hidroksi benzoat, 18. natrium sulfit, 19. natrium bisulfit, 20. natirum metabisulfit, 21. natrium nitrat, 22. natrium nitrit, 23. natrium propionat, 24. nisin, dan 25. propil-p-hidroksi benzoat. BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN NAMUN KURANG AMAN Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan. Kalsium BenzoatBahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma. Sulfur Dioksida (SO2)Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi. Kalium nitritKalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet. Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah. Kalsium Propionat/Natrium Propionat Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur. Natrium MetasulfatSama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit. Asam SorbatBeberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman bersoda 400. BAHAN PENGAWET YANG TIDAK AMANNatamysin Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit. Kalium Asetat Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal. Butil Hidroksi Anisol (BHA)Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, *shortening*, keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker. TIPS AMAN MEMILIH MAKANAN:Ø Amati apakah makanan tersebut berwarna mencolok atau jauh berbeda dari warna aslinya. Snack, kerupuk, mi, es krim yang berwarna terlalu mencolok ada kemungkinan telah ditambahi zat pewarna yang tidak aman. Demikian juga dengan warna daging sapi olahan yang warnanya tetap merah, sama dengan daging segarnya. Ø Jangan lupa cicipi juga rasanya. Biasanya lidah kita juga cukup jeli membedakan mana makanan yang aman dan mana yang tidak. Makanan yang tidak aman umumnya berasa tajam, semisal sangat gurih dan membuat lidah bergetar. Ø Perhatikan juga kualitas makanan tersebut, apakah masih segar, atau malah sudah berjamur yang bisa menyebabkan keracunan. Makanan yang sudah berjamur menandakan proses pengawetan tidak berjalan sempurna, atau makanan tersebut sudah kedaluwarsa. Ø Baui juga aromanya. Bau apek atau tengik pertanda makanan tersebut sudah rusak atau terkontaminasi oleh mikroorganisme. Ø Amati komposisinya. Bacalah dengan teliti adakah kandungan bahan-bahan makanan tambahan yang berbahaya yang bisa merusak kesehatan. Ø Ingat juga, kriteria aman itu bervariasi. Aman buat satu orang belum tentu aman buat yang lainnya. Bisa saja pada anak tertentu bahan pengawet ini menimbulkan reaksi alergi. Tentu saja reaksi semacam ini tidak akan muncul jika konsumennya tidak memiliki riwayat alergi. Ø Kalaupun hendak membeli makanan impor, usahakan produknya telah terdaftar di Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) yang bisa dicermati dalam label yang tertera di kemasannya.
”Label pada kemasan produk pangan bukan sekadar hiasan. Di atasnya terkandung banyak "cerita" tentang produk di dalam kemasannya bagi calon pembeli. Cerita itu pula yang membantu calon pembeli untuk memutuskan membeli atau tidak”

Setiap kali hendak membeli pangan dalam kemasan, yang pertama kali dilihat calon konsumen adalah kemasan dan labelnya. Kemasan itu sangat beragam bentuk dan bahannya. Namun, yang lebih penting adalah label yang terdapat pada kemasan itu. Dari label inilah konsumen mengetahui banyak hal soal produk di dalam kemasan itu.
Setidaknya, ada delapan jenis informasi yang bisa diketahui dari label kemasan produk pangan. Yakni sertifikasi halal, nama produk, kandungan isi, waktu kedaluwarsa, kuantitas isi, identifikasi asal produk, informasi gizi, dan tanda-tanda kualitas lainnya. Informasi-informasi ini mesti diperhatikan dengan seksama supaya konsumen tidak salah beli.
Selain itu, ada pula informasi yang tidak boleh dicantumkan pada label kemasan. Informasi itu menyangkut hal-hal yang membingungkan dan membuat rancu konsumen. Juga, informasi tentang sesuatu ciri khas yang sebenarnya dimiliki oleh produk pangan sejenis. Umpamanya, tulisan tanpa zat pewarna untuk produk yang memang dilarang menggunakan zat pewarna. Informasi efek pengobatan atau penyembuhan penyakit tertentu, juga tidak boleh dicantumkan pada label kemasan produk pangan bukan dietetik.
Supaya tahu harga zat gizinya
Sertifikasi halal untuk Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim memang sangat penting. Karena itu, produk makanan dalam kemasan yang beredar di Indonesia sekarang harus halal seperti dicantumkan pada labelnya. Kehalalan ini sebenarnya tidak terbatas pada bahannya saja, tetapi juga pemrosesannya. Dengan begitu kehalalan mencerminkan tingkat sanitasi dan higiene optimal produk itu. Ini jelas menguntungkan pengusaha karena pasarnya menjadi terbuka lebar, tidak cuma terbatas pada konsumen muslim.
Pada setiap kemasan nama produk pada labelnya merupakan informasi utama yang memungkinkan konsumen mengidentifikasi jenis produk itu. Penamaannya dapat karena aturan, macam susu, mentega, atau minyak goreng. Atau, karena penggunaan komersialnya, seperti tepung telur, tepung ikan, atau hati bebek Barbarie. Penamaan secara fantasi tidaklah mencukupi dan harus mengidentifikasikan keadaan sebenarnya atau perlakuan yang diperolehnya. Contohnya, susu bubuk, gula pasir, sayuran terliofilisasi, susu UHT (ultra high temperature), atau susu pasteurisasi.
Terkadang, untuk maksud dikenal, penamaan dilakukan dengan dua nama mirip namun berbeda. Contohnya yoghurt (Anglo-saxon) dan yaourt (Prancis). Yaourt adalah susu fermentasi yang menggunakan hanya dua macam bakteri, S. thermophilus dan L. delbrueckii subsp. Bulgaricus. Sedangkan pada yoghurt, di samping dua bakteri tadi diizinkan pula penambahan mikroba macam Bifidobacterium longum atau L. acidophilus.
Dalam label kemasan bisa ditemukan kandungan isi, yaitu semua substansi, termasuk zat aditif, yang digunakan dalam pembuatan atau persiapan pangan dalam kemasan. Informasi tentang bahan itu disusun dari yang persentasenya tertinggi hingga terendah, namun ini tidak merupakan keharusan. Kecuali diberikan pada bahan yang memberikan pengaruh khusus, umpamanya kolesterol. Pada makanan kaleng ikan thon dalam minyak misalnya, persentase minyak tak perlu dicantumkan lantaran minyak bukan khas untuk pangan ini. Yang menjadi titik beratnya adalah jenis ikannya. Produk seperti kentang, kacang tanah, cuka asli, sayur segar, dan buah umumnya dibebaskan dari ketentuan ini. Yang juga tidak perlu dicantumkan adalah beberapa aditif yang ditambahkan selama proses dan akan hilang atau tak tampak pada produk akhir.
Bahan aditif yang mesti dicantumkan dalam kandungan isi meliputi substansi sintetis atau alami yang ditambahkan untuk memperbaiki penampilan bau, rasa, konsistensi atau lama penyimpanannya. Terdapat lebih dari 100 macam aditif makanan kemasan, di antaranya sebagai pewarna, pengawet, antioksida, emulsi, stabilisator atau pengental. Sayangnya, direkomendasikan atau tidaknya bahan-bahan itu untuk makanan sering kali tidak diketahui.
Biasanya, bahan aditif tadi diberi kode huruf E (Eropa) dan diikuti dengan tiga angka. Misalnya, E 100 sebagai kode pewarna, E 200 kode konsevator, E 300 kode antioksida, dan E 400 kode pengemulsi atau stabilisator. Contoh aditif itu adalah E 200 asam sorbat, E 201 Na sorbat, E 300 asam askorbat, E311 oktil gallat, E 320 butilhidroksilanisol (BHA), dan E 321 butilhidroksiltoluena (BHT).
Supaya tidak salah beli atau kecewa, teliti sebelum membeli. (Foto2: Gde)
Pada label kemasan produk pangan juga tercantum kuantitas isinya. Satuan kuantitas adalah liter untuk produk berupa cairan dan gram atau satuan bobot lainnya untuk produk lainnya. Bobot bahan dapat dimakan pada produk pangan cair sebaiknya juga dicantumkan, kecuali yang kurang dari 20 g. Kuantitas ini harus dicantumkan agar konsumen terbantu dalam menghitung harga.
Informasi gizi pada label kemasannya hanya bersifat fakultatif (anjuran). Biasanya, produsen mencantumkannya untuk memenangkan kompetisi dengan produk sejenis. Informasi ini biasanya dihitung untuk setiap 100 g pangan tersebut. Dengan informasi ini konsumen dapat membandingkan harga zat gizinya dengan mudah. Jadi, konsumen bisa memilih produk dengan harga terendah untuk setiap zat gizinya.
Zat gizi yang diinformasikan dalam label di antaranya energi, serat kasar (yakni bahan tidak tercerna tapi berguna untuk memperlancar transit digestif), gula sederhana (sakarosa, glukosa, fruktosa), protein (asam amino), lemak (jenuh atau tak jenuh), vitamin, mineral, dan polyol (sorbitol, xylol, dan mannitol). Khusus energi, umumnya dinyatakan dalam satuan kilokalori (kcal) atau kalori (cal), meski dalam aturan resmi internasionalnya menggunakan satuan kilojaule (kJ). Energi ini umumnya berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein pangan yang bersangkutan (1 g protein/karbohidrat menyumbang 4 kcal dan 1 g lemak memberi 9 kcal).
Dalam dunia perdagangan, sering pula ditemukan informasi tambahan untuk kebutuhan kompetisi dengan produk sejenis. Informasi itu di antaranya diperkaya akan … atau diperingan kadar …. Diperkaya akan … sering untuk menjelaskan adanya tambahan zat yang seharusnya ada secara alami namun hilang selama proses pembuatan. Untuk maksud ini dalam label biasanya dituliskan dengan kalimat kadar terjamin akan ….
Informasi diperkaya akan … juga untuk menunjukkan adanya penambahan zat yang masih ada namun dalam jumlah yang kurang sebagaimana dibutuhkan konsumen. Umpamanya, diperkaya akan vitamin A, yang artinya produk itu telah mengandung 15 - 40% kadar vitamin A dari yang dianjurkan dikonsumsi setiap hari.
Seandainya kandungannya kurang dari 15%, sering kali hanya ditulis secara alami kaya akan …. Sedangkan untuk menjelaskan makanan yang diperingan, terutama untuk makanan dietetik (untuk keperluan diet), khususnya berkaitan dengan kadar kolesterol, informasinya ditulis dengan kata-kata kadar yang berkurang dari …. Sedangkan untuk menjelaskan kadar gula, lemak, atau protein yang kadarnya dikurangi dari semestinya, digunakan kalimat … ringan dalam ….
Pada label biasanya juga terdapat tanda-tanda kualitas tertentu. Pada air minum kemasan, misalnya, biasanya perusahaan mencantumkan asal air yang dikemas. Pada labelnya biasanya tercantum diambil dari mata air …. Dengan cara ini konsumen mengetahui kualitas air di daerah itu. Namun, ada juga air minum kemasan yang diaku oleh produsennya berasal dari daerah pegunungan tertentu, seperti dicantumkan pada labelnya, meskipun sebenarnya cuma diambil dari daerah sekitar Jakarta. Terhadap ketidakjujuran macam ini, mestinya konsumen melakukan penalti dengan tidak membelinya.
Jaminan untuk konsumen lainnya, misalnya dalam bentuk nama. Umpamanya, gudeg Ny. Juminten, ayam goreng Mbok Berek (Kalasan), wajik Ny. Week (Salaman, Magelang), bakpia Pathok 75, geplak Bantul, keripik Sokaraja. Bagi orang yang telah merasakan, ungkapan tadi sudah cukup, meskipun kurang lengkap.
Soal kedaluwarsa
Satu informasi dalam label yang paling populer dan sering diperhatikan adalah masa kedaluwarsa produk. Masa kedaluwarsa (expired date) memang wajib dicantumkan dalam kemasan produk pangan, kecuali untuk buah-buahan atau sayuran segar, roti, kue, panganan yang diperkirakan habis dalam 24 jam. Juga untuk produk cuka, garam dapur, gula pasir, kembang gula, permen karet, dan keju yang dibuat dengan tujuan matang dalam kemasannya. Masa kedaluwarsa tadi dinyatakan dalam satu di antara tiga cara, yakni tanggal akhir konsumsi (TAK), tanggal akhir penggunaan optimal (TAPO), dan tanggal pembuatan (TP).
Contoh berbagai informasi yang terdapat dalam kemasan.
TAK dalam kemasan sering tertulis sebagai dikonsumsi sebelum tanggal …. TAK macam ini harus dicantumkan pada kemasan pangan mudah rusak, yakni pangan yang masa penyimpanannya kurang dari 6 - 8 minggu. Contohnya, susu pasteurisasi, yoghurt, krim, dan keju. Tanggal ini mesti tercantum jelas dan disertai cara penyimpanan yang diperlukan untuk mencapai tanggal itu. Begitu TAK dicapai, pangan dalam kemasan itu tidak bersih atau sehat lagi, dan harus ditarik dari peredaran sehari sebelum batas TAK.
TAPO dicantumkan pada label kemasan produk pangan yang daya simpannya lebih dari enam minggu, yakni pangan yang tidak membahayakan kesehatan. Di antaranya bumbu dapur, susu, produk beku, dan minuman. Penulisan TAPO dalam kemasannya adalah sebaiknya digunakan …, dikonsumsi sebelum …, atau sebelum akhir …. Jika lama TAPO kurang dari tiga bulan, yang dicantumkan berupa tanggal dan bulan. Bila lama TAPO-nya 3 - 18 bulan, ditulis bulan dan tahun. Yang lebih dari 18 bulan, yang dicantumkan tahunnya saja. Begitu TAPO tercapai, produk di dalam kemasan akan kehilangan kualitas rasa, bau, dan nutrisi.
Untuk produk pangan terkonversi lama, semi konversi, pangan beku, susu bubuk kering, dan mentega, masa kedaluwarsa yang wajib dicantumkan dalam label kemasan adalah TP. Penulisannya ada berbagai cara. Misalnya, untuk produk susu bubuk yang dibuat 24 April 1997, cara penulisannya bisa 24.4.97; 97-113 (dua angka pertama menunjukkan tahun pembuatan, tiga angka berikutnya hari ke berapa dari tanggal pembuatannya yang dihitung sejak 1 Januari 1998); atau N-113 (kode huruf tahun pembuatan untuk produk tersebut dan hari ke berapa dari tanggal pembuatannya yang dihitung sejak 1 Januari 1998).
Informasi soal identifikasi asal produk dan lainnya dapat dinyatakan dalam kode bergaris (bar code). Di bawah garis-garis vertikal yang dapat dibaca dengan teknologi optik itu, umumnya terdapat 13 angka. Dua angka pertama menunjukkan negara asal, lima angka berikutnya pembuat dan distributornya, lima angka selanjutnya merupakan identifikasi produk itu sendiri, dan satu angka terakhir adalah angka kontrol.
Dengan berbagai informasi pada label kemasan produk pangan, diharapkan konsumen tidak keliru dalam menentukan dan mendapat jaminan kualitas dan kuantitas peroduk. Anda sebagai konsumen hendaknya juga selalu ingat pada pesan yang terkesan klise namun hingga kini tetap dianggap bermanfaat, yakni "teliti sebelum membeli". (Dr. Ir. Tridjoko Wisnu Murti, D.E.A.)


DAFTAR PUSTAKA
Judul : Minimalkan Zat Aditif pada Makanan
Alamat :http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2006/012006/05/cakrawala/lainnya01.htm
Penulis:-
Judul : Meminimalkan Bahaya Zat-Zat Aditif Pada Makanan
Alamat : http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com/msg91064.html
Penulis: Andrie S. Praputranto

Judul Judul : Cerita Di Balik Label Makanan Cerita Di Balik Label Makanan
Alamat : http://mahardika014.tripod.com/
Penulis:


Judul Judul : Kandungan yat aditif pada makanan kemasan
Alamat : http://id.wikipedia.org/wiki/Aditif_makanan
Penulis: ESA MAHARDIKA LESTAR

Judul Judul : Formalin pada makanan
Alamat : http://www.indomedia.com/intisari/1998/september/label.htm
Penulis :
OLEH:

ESA MAHARDIKA LESTARI

SUMBERDAYA UNTUK PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN BERJARINGAN

TUGAS KELOMPOK TEKHNOLOGI DAN INFORMATIKA
OLEH
MARRY PANGARIBUAN, MUHAMMAD ZAIBI, NADRAH RIANY


A. PendahuluanPendidikan jarak jauh adalah sekumpulan metoda pengajaran dimana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Pemisah kedua kegiatan tersebut dapat berupa jarak fisik, misalnya karena peserta ajar bertempat tinggal jauh dari lokasi institusi pendidikan. Pemisah dapat pula jarak non-fisik yaitu berupa keadaan yang memaksa seseorang yang tempat tinggalnya dekat dari lokasi institusi pendidikan namun tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di institusi tersebut. Keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari pendidikan jarak jauh.
Sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan. Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas. Pada sistem pendidikan pelatihan ini tenaga pengajar dan peserta didik tidak harus berada dalam lingkungan geografi yang sama.
Tujuan dari pembangunan sistem ini antara lain menerapkan aplikasi-aplikasi pendidikan jarak jauh berbasis web pada situs-situs pendidikan jarak jauh yang dikembangkan di lingkungan di Indonesia yakni bekerja dengan sama mitra-mitra lainnya. Secara sederaha dipahami sistem ini terdiri dari kumpulan aplikasi-aplikasi yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan pendidikan jarak jauh hingga penyampaian materi pendidikan jarak jauh tersebut dapat dilakukan dengan baik.Sarana penunjang dari pendidikan jarak jauh ini adalah teknologi informasi. Kemunculan teknologi informasi dan komunikasi pada pendidikan jarak jauh ini sangat membantu sekali. Seperti dapat dilihat, dengan munculnya berbagai pendidikan secara online, baik pendidikan formal atau non-formal, dengan menggunakan fasilitas Internet.Pendekatan sistem pengajaran yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengajaran secara langsung (real time) ataupun dengan cara menggunakan sistem sebagai tempat pemusatan pengetahuan (knowledge). Hal ini memungkinkan terbentuknya kesempatan bagi siapa saja untuk mengikuti berbagai jenjang pendidikan. Seorang lulusan sarjana dapat melanjutkan ke pendidikan magister secara online ke salah satu Perguruan tinggi yang diminatinya.

B. Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Meskipun teknologi merupakan bagian integral dari pendidikan jarak jauh, namun program pendidikan harus fokus pada kebutuhan instruksional mahasiswa, dari pada teknologinya sendiri. Perlu juga untuk dipertimbangkan; umur, kultur, latar belakang sosioekonomi, interes, pengalaman, level pendidikan, dan terbiasa dengan metoda pendidikan jarak jauh. Faktor yang penting untuk keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh adalah perhatian, percaya diri dosen, pengalaman, mudah menggunakan perlatan, kreatif menggunakan alat, dan menjalin interkasi dengan mahasiswa.
Pada pembangunan sistem perlu diperhatikan tentang disain dan pengembangan sistem, interactivity, active learning, visual imagery, dan komunikasi yang efektif. Disain dan pengembangan sistem. proses pengembangan instruksional untuk pendidikan jarak jauh, terdiri dari tahap perancangan, pengembangan, evaluasi, dan revisi. Dalam mendesain instruksi pendidikan jarak jauh yang efektif, harus diperhatikan, tidak saja tujuan, kebutuhan, dan karakteristik dosen dan mahasiswa, tetapi juga kebutuhan isi dan hambatan teknis yang mungkin terjadi. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dari instruktur, spesialis pembuat isi, dan mahasiswa selama dalam proses berjalan.
Interactivity. Keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh antara lain ditentukan oleh adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dan lingkungan pendidikan, dan antara mahasiswa. Active learning. Partisipasi aktif peserta pendidikan jarak jauh mempengaruhi cara bagaimana mereka berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Visual imagery. Pembelajaran lewat televisi dapat memotivasi dan merangsang keinginan dalam proses pembelajaran. Namun jangan sampai terjadi distorsi karena adanya hiburan. Harus ada penseleksian antara informasi yang tidak berguna dengan yang berkualitas, menentukan mana yang layak dan tidak, mengidentifikasi penyimpangan, membedakan fakta dari yang bukan fakta, dan mengerti bagaimana teknologi dapat memberikan informasi berkualitas.
Komunikasi yang efektif. Desain instruksional dimulai dengan mengerti harapan pemakai, dan mengenal mereka sebagai individual yang mempunyai pandangan berbeda dengan perancang sistem. Dengan memahami keingingan pemakai maka dapat dibangun suatu komunikasi yang efektif.

C. BELAJAR BERJARINGANProses Belajar Mengajar (PBM) konvensional mulai ditinggalkan. Interaksi belajar yang mengharuskan tatap muka antara siswa dan guru tidak diperlukan lagi. Kelengkapan sarana prasarana sekolah secara fisik yang seringkali menjadi hambatan dalam dunia pendidikan Indoensia mulai tidak diperlukan dengan hadirnya “belajar berjaringan di dunia maya”lewat internet.Pendidikan di Indonesia pada umunya masih berupa sistem pendidikan konvensional. Pendidikan masih terpusat pada pendidikan formal dengan kurikulum nasional. Lambat laun Indonesia pun harus beralih kepada pendidikan “berjaringan” di dunia maya lewat pasilitas koneksi internet. Sehingga walaupun kelas-kelas belajar di lokal Indonesia tetapi dengan wawasan global internasional dengan fasilitas pembelajaran “berjaringan”.Fasilitas kelas virtual dapat menggantikan sarana prasarana belajar konvensional. Seperti; Layar komputer atau layar mungil ponsel, tidak memerlukan prasyarat kehadiran fisik, Dosen bisa jadi sedang duduk di sebuah kampus di Inggris tatkala sang mahasiswa di Indonesia tekun menyimak kuliahnya di layar monitor secara berjaringan lewat internetKelas virtual adalah cara baru kuliah yang lebih mutakhir, seluruh aktifitas dilakukan dalam media multimedia.Misalnya:· Tatap muka dengan dosen melalui fasilitas konferensi video (video conference) atau layar mungil ponsel lewat fasilitas teknologi 3G.· Grup diskusi dilakukan secara serempak dalam fasilitas maya di internet bisa melalui konferensi video, chating, mailng list atau forum.· Materi kuliah disajikan dalam bentuk picture, video striming, power point atau simulatorKelebihan Belajar “Online” di Dunia Maya:· Kampus di dunia maya, mahasiswa di seantero dunia, didoseni para professor jempolan dari seluruh dunia.· Belajar via jaringan menyajikan fleksibilitas ruang dan waktu. Peserta bisa tetap kuliah tanpa harus meninggalkan,misalnya pekerjaan kantor. Belajar dimana saja, kapan saja. Meski skejul kuliah terkesan dinomorduakan e-learning memberikan peluang belajar lebih efektif. ''Orang lebih cepat pintar.''· Jalur dunia maya membuka katup penyumbat. Memungkinkan mahasiswa online belajar dan berdiskusi dengan teman-teman dari seluruh dunia. Sekaligus bertanya langsung kepada pakar-pakar top di belahan benua lain, baik lewat group discussion ataupun konsultasi privat melalui e-mail dan internet messenger.· Fasilitas multimedia, juga memberi peluang mahasiswa memperoleh materi pelajaran yang jauh lebih kaya ketimbang buku-buku teks tradisional. Contohnya tatkala kita belajar fisika. Di layar monitor, gerakan gelombang bisa disimulasikan dalam tiga dimensi. Suara gelombang bisa dimunculkan bersamaan. ''Bukan cuma dituliskan di white board,'' .· kuliah secara virtual terbukti ampuh membuka sumbat-sumbat perasaan negative mahasiswa lebih punya nyali untuk bertanya. Jika saat kuliah di kelas cenderung ogah mengacungkan tangan,''Di ruang virtual, bisa leluasa bertanya,''. Perasaan 'malu-malu kucing' raib seketika manakala perkuliahan dilakoni tanpa kehadiran sang dosen secara fisik atau teman-teman kuliah--yang barangkali sering usil.· Lewat internet, setiap warga berpeluang memperoleh materi pengajaran yang sama-sama qualified tanpa pandang bulu. Internet, pada akhirnya, menjadi salah satu alat demokratisasi pendidikan. ''Semua orang berpeluang mendapatkan pendidikan berkualitas sekaligus lebih murah,''. Tak perlu lagi gedung-gedung bertingkat--pemicu melambungnya biaya pendidikan.Kendala Belajar “Berjaringan” di Indonesia· Konsep belajar berjaringan sebuah daya tarik yang magnetik, meski itu baru secara teoritik karena pada kenyataannya, negeri kita masih diganjal kendala ketersediaan infrastruktur. Belum seluruh wilayah Indonesia dihampari jaringan internet ber-bandwith besar. Dan, lalu lintas transportasi data berkapasitas gemuk--seperti materi kuliah video conference--sulit dilakukan.· Tidak semua masyarakat Indonesia mengerti dan bisa mengakses internetItu sebetulnya tanggung jawab pemerintah. Dalam kerangka Millenium Development Goal sudah dipastikan bahwa telekomunikasi harus menjadi infrastruktur publik. Adalah tugas masing-masing pemerintah mendemokratisasikan akses internet untuk setiap warganegara. Di negara-negara lain sudah gratis. Di sini, Telkomnya bukannya diarahkan untuk publik malah diarahkan ke korporasi.· Belajar di universitas virtual amat fleksibel. Tidakkah ini menjadi bumerang. Ada yang bilang mahasiswa Indonesia tidak disiplin?Justru konsep seperti ini membuat orang disiplin. Satu hari saja kita nggak masuk ke kelas virtual, komputernya langsung mencatat. Berapa lama kita belajar di kelas virtual juga langsung dicatat. Termasuk, berapa menit kita bisa menyelesaikan soal ujian. Sangat disiplin. Saya bisa umumkan kuis dibuka sampai minggu depan. Tanggal sekian jam sekian. Lewat dari itu mahasiswa yang nggak ikut kuis, nggak bisa ngomel. Seperti itu yang dimaksud kedisiplinan.Contoh-contoh Universitas Virtual: Ada puluhan, jika bukan ratusan, lembaga pendidikan tinggi di mancanegara yang mulai menyuguhkan sistem belajar on-line. Ada yang seratus persen on-line, ada pula yang mengombinasikannya dengan tatap muka di kampus, seperti:· Universitas of Phoenix online di Amerika Serikat· Universitas Virtual Syria· Universitas Virtual Kanada· Universitas Virtual Hongkong, dll.Pada masa yang akan datang pendidikan berjaringan (Online) tidak hanya anggapan atau cerita pendidikan di negara-negara maju saja, tetapi akan menjadi pilihan-pilihan pembelajaran dan kebutuhan para peserta didik dan guru termasuk di Indoensia. Belajar berjaringan memerlukan fasilitas internet.Internet merupakan salah satu keajaiban dunia yang baru versi lembaga privat asal Swiss, New7wonder, diumumkan New Seven Wonders of the World dalam perayaan megah yang dihelat di Portugal—USA. Internet, sejak migrasinya dari Pentagon ke dunia sipil pada dasawarsa 1990-an, telah menciptakan revolusi di pelbagai ranah kehidupan, termasuk pendidikan.Globalisasi adalah salah satu alasan. Atas nama globalisasi, alangkah relevannya mengarusutamakan sistem belajar on-line. Bahkan melembagakannya lewat universitas virtual. Universitas on-line ini, ditujukan mencetak lulusan-lulusan berstandar global. Sebab,''Seiring globalisasi, kelak hanya akan ada satu standar (di dunia kerja). Yakni standar global,''.Dan, cuma ada satu 'jalan ekspres' meraih predikat ini: Membuka akses terhadap sumber-sumber pengetahuan berstandar global. Ini dimungkinkan lewat jalur universal internet. ''Para mahasiswa (universitas virtual) dapat bertanya langsung dengan para the best brain in the world,''.Dalam konteks Indonesia, kehadiran sistem belajar berjaringan menjadi kian relevan menimbang masih jomplangnya distribusi pendidikan berkualitas antara masyarakat mampu dan tidak mampu. Yang miskin masuk sekolah kumuh dan tetap bodoh, sementara yang kaya duduk di sekolah bonafid dan semakin pintar. Keberadaan belajar berjaringan sangat diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Perkembangan daya dukung sarana prasarana belajar berjaringan diharapkan lambat laun mengarah ke kemajuan dengan konsentrasi pemerintah untuk membatu pemecahan permasalahan pendidikan di Indonesia.
D. Pendidikan Jarak Jauh Secara OnlinePerkembangan teknologi selalu mempunyai peran yang sangat tinggi dan ikut memberikan arah perkembangan dunia pendidikan. Dalam sejarah perkembangan pendidikan, teknologi informasi adalah bagian dari media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ilmu pada orang banyak, mulai dari teknologi percetakan beberapa abad yang lalu, seperti buku yang dicetak, hingga media telekomunikasi seperti, suara yang direkam pada kaset, video, televisi, dan CD. Perkembangan teknologi informasi saat ini, Internet, mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Layanan online dalam pendidikan baik bergelar maupun tidak bergelar pada dasarnya adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi pengguna (mahasiswa) dengan menggunakan internet sebagai media. Layanan online ini dapat terdiri dari berbagai tahapan dari proses program pendidikan seperti: pendaftaran, test masuk, pembayaran, perkuliahan, penugasan kasus, pembahasan kasus, ujian, penilaian, diskusi, pengumuman, dll. Pendidikan jarak jauh dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal, dapat memberikan efektifitas dalam hal waktu, tempat dan bahkan meningkatkan kualitas pendidikan. Faktor utama dalam Pendidikan jarak jauh secara online yang dikenal sebagai distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara diatas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administratif juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.Pendidikan jarak jauh secara online mengatasi keterbatasan yang ada pada jenis-jenis pendidikan jarak jauh yang lain (yang sebenarnya juga sudah sarat teknologi), yaitu pendidikan jarak jauh dengan satelit serta teknologi televisi. Pada kedua teknologi di atas, mahasiswa masih harus berjalan ke fasilitas-fasilitas pendidikannya; sedangkan peralatannya bersifat khusus dan mahal. Kini dengan pendidikan online lewat internet, mahasiswa dapat belajar sendiri dari rumah dengan peralatan komputer sendiri.
E. Pendidikan Jarak Jauh Berbasis Web Secara OnlineBila kembali ke konsep dasar pada suatu sistem pendidikan tradisional yang dilakukan saat ini, para mahasiswa dan dosen bertemu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sistem pendidikan tradisional ini kelak akan bergeser kepada pendidikan jarak jauh dengan dilandasi bahwa agak sulit untuk mengumpulkan peserta kursus, training atau pendidikan pada satu waktu dan tempat tertentu sedangkan peserta tersebar di wilayah yang berbeda-beda dan pada dasarnya materi-materi yang seharusnya disampaikan di kelas, dapat diberikan tanpa kehadiran para mahasiswa dan dosen secara langsung di kelas. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Penggunaan teknologi informasi dalam menunjang suatu sistem pendidikan jarak jauh harus diperhatikan dari bentuk pendidikan yang diberikan. Suatu kursus bahasa Inggris salah satunya, pada akhir perkuliahan mahasiswa dituntut untuk mempunyai reading dan listening skill yang baik, untuk itu medianya dapat berupa sound, gambar dan bentuk multimedia lainnya yang dapat di kirimkan melalui internet. Bila dibatasi pada web based distance learning maka pengguna, dalam hal ini dosen dan mahasiswa memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitas dengan pendidikan jarak jauh tersebut. Kemampuan mahasiswa untuk tetap menjaga konektivitas menentukan bagi kesinambungan suatu sistem pendidikan jarak jauh. Apabila kita umpamakan suatu pendidikan jarak jauh berbasis web sebagai suatu community maka di dalamnya harus dapat memfasilitasi bertemunya atau berinteraksinya mahasiswa dan dosen. Agak sulit memang untuk memindahkan apa yang biasa dilakukan oleh dosen di depan kelas kepada suatu bentuk web yang harus melibatkan interaksi berbagai komponen di dalamnya. Adanya sistem ini membuat mentalitas dosen dan mahasiswa harus berubah, perbedaan karakteristik dosen dalam mengajar tidak tampak dalam metode ini. Seperti layaknya sebuah perguruan tinggi, metode ini juga harus mampu memberikan informasi perkuliahan kepada mahasiswa. Informasi itu harus selalu dapat diakses oleh siswa dan dosen serta selalu diperbaharui setiap waktu. Informasi yang sering dibutuhkan itu berupa silabus kuliah, jadwal kuliah, pengumuman, siapa saja peserta kuliah, materi kuliah dan penilaian atas prestasi siswa. Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut : 1. Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya. 2. Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya. 3. Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya 4. Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quiz singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning 5. Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database. 6. Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web. Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material.
F. Pendidikan Secara Online di luar negeriDi luar negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi dilakukan dengan surat menyurat, atau dilengkapi dengan materi audio dan video. Saat ini hampir seluruh program distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui internet. Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya e-learning, menyatakan bahwa computer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah mengumumkan program Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra disebanyak 80 negara di seluruh dunia (sampai dengan Juni 2000, pusat yang beroperasi baru 15 negara, dan 5 diantaranya di Asia tetapi belum di Indonesia). Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5 kali lebih banyak (dari 30 menjadi 150 mahasiswa) dengan biaya 31% lebih murahHampir separuh dari sekitar 3.900 lembaga pendidikan tinggi di Amerika Serikat menyelenggarakan sejenis pendidikan jarakjauh (distance education / distance learning ). Pendidikan jarak jauh bukanlah hal baru. Pada awalnya dimulai dengan kursus tertulis dan dalam bentuk pendidikan tinggi formal berbentuk Universitas Terbuka (Open University). Pada awal terselenggaranya, pendidikan jarak jauh oleh masyarakat dianggap sebagai jenis pendidikan alternatif atau pendidikan kelas dua. Kalah bergengsi dengan pendidikan konvensional yangmengharuskan kehadiran mahasiswa.Selama tiga tahun terakhir ini lebih dari 80% pendidikan jarak jauh diselenggarakan secara online melalui Internet. Besarnya investasi serta kepiawaian teknologi dalam meramu pendidikan ini, serta apresiasi masyarakat yang tinggi terhadap teknologi, membuat pendidikan jarak jauh secara online tidak kalah atau bahkan lebih bergengsi dibandingkan pendidikan konvensional. Kini bahkan untuk pendidikan konvensional pun universitas-universitas menyelenggarakan pendidikan online. G. Prospek Pendidikan Secara Online di IndonesiaKarena pembatasan struktur budaya dan regulasi yang ada di Indonesia, maka pendidikan jarak jauh masih belum berkembang dengan pesat, namun tidak mustahil bahwa Indonesia harus mengikuti kecenderungan yang terjadi secara global ini.Di Indonesia, prospek pendidikan jarak jauh dengan sarana internet juga telah menjadi perhatian dari beberapa kalangan, baik dari dunia pendidikan maupun dunia teknologi informasi.Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 75 universitas negeri dan 1200 universitas dan perguruan tinggi swasta di Indonesia, dengan total kurang lebih bisa mencapai 5 juta mahasiswa yang merupakan potensi pengguna internet. Sedangkan di Universitas Brawijaya sendiri program distance learning tersebut sudah terlaksana sejak Maret 2002 yang merupakan sebuah proyek kerjasama antara Universitas Brawijaya dengan SOI - ASIA ( School Of Internet ) salah satu kerja proyek WIDE (Sebuah Organisasi Distance Learning Internasional ) ,Dimulai pada tahun 1997 dengan mendirikan campus environment pada infrastruktur Internet yang memungkinkan mahasiswa belajar tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat. Sampai sekarang, sekitar 700 mahasiswa terdaftar pada WIDE University termasuk dari universitas brawijaya, yang mana lebih dari setengahnya adalah orang dewasa yang berminat meneruskan pendidikan mereka melalui Internet. Pada WIDE University, lebih dari 800 jam kuliah tersedia melalui video archives, yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar sendiri dengan bebas. Proyek SOI-Asia yang ditujukan untuk disumbangkan kepada pengembangan pendidikan tinggi di negara-negara Asia, didukung oleh Ministry of Economy, Trade and Industry (METI) dan CSL of Ministry of Public Management, Home Affairs, Posts and Telecommunications di Jepang dan JSAT corporation, bekerjasama dengan Asia SEED Institute, WIDE Project dan AI3 (Asian Initiatives of Internet Infrastructure) Project. SOI - ASIA di ikuti oleh beberapa Universitas terpilih di Asia Tenggara diantaranya : Chulalongkorn University (Thailand), Asian Institute of Technology (Thailand), National University of Laos (Laos), University of Computer Studies (Yangon), Brawijaya University (Indonesia), Sam Ratulangi University (Indonesia), Hasanuddin University (Indonesia), Institut Teknologi Bandung (Indonesia), Asian Youth Fellowship (Malaysia), Institute Of Information Technology (Vietnam) H. Penutup Keberhasilan pendidikan jarak jauh ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, adanya pola pendidikan aktif dalam interaksi tersebut. Bila pendidikan bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antar grup, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pendidikan yang selama ini berlaku. Teknologi informasi & telekomunikasi dengan murah & mudah akan menghilangkan batasan-batasan ruang & waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Beberapa konsekuensi logis yang terjadi antara lain adalah: (1) Mahasiswa dapat dengan mudah mengambil matakuliah dimanapun di dunia tanpa terbatas lagi pada batasan institusi & negara; (2) Mahasiswa dapat dengan mudah berguru pada orang-orang ahli / pakar di bidang yang diminatinya. Cukup banyak pakar di dunia ini yang dengan senang hati menjawab berbagai pertanyaan yang datang; (3) Kuliah bahkan dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa tergantung pada universitas tempat si mahasiswa belajar. Artinya konsep universitas terbuka akan semakin membaur dalam universitas tradisional. Tinggal masalah akreditasi dari kuliah yang diambil di universitas di manca negara melalui Internet untuk di akui sebagai bagian dari kredit untuk kesarjanaannya di universitas lokal. Konsekuensi yang akan terjadi adalah pergeseran nilai-nilai kuliah yang tadinya sangat rigid & harus diambil di universitas lokal menjadi terbuka untuk diambil dari universitas lain di dunia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Judul : Universitas Virtual Alamat : http://www.republika.co.id/koran%20detail.asp?id=333536&kat%20id=3 Penulis : Justiani Maulani
2. Judul : Global di Kelas Lokal Alamat : http://www.republika.co.id/koran%20detail.asp?id=333536&kat%20id=3 Penulis : Justiani Maulani
3. Judul : Virtual University: Real Learning Alamat :http://www.whirligig.com.au/GlobalEducatorWeb/articles/MoodieGavin2000.pdf Penulis : Gavin Moodie

4. Judul : Peran Teknologi Komunikasi dan Informasi Dalam Pendidikan
Alamat : email ke kpdekom@denpsarkota.go.id
Penulis : Nick Natha Wibawa

Sabtu, 21 Juni 2008

smk muhahammadiyah 4 samarinda

BAB I

PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Sejak bergulirnya era reformasi di negeri ini, dunia pendidikan juga mengalami perubahan. Salah satu perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan kebijakan yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik. Sejalan dengan diberlakukannya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang menegaskan bahwa, pendidikan merupakan usaha sadar den terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 butir 1). Selain itu dalam pasal 4 ayat (4) undang-undang tersebut dinyatakan bahwa paradikma pembiasaan yang harus dibangun adalah pemebrian keteladanan, pembangunan kemauan dan pengembangan kreativitas dalam konteks kehidupan sosial kultural sekolah.
Selain itu dalam Peraturan Menterei Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa, Pengembangan Diri merupakan salah satu komponen struktur kurikulum setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu disusunlah Model Pengembangan Diri, untuk memberi contoh bagi guru di sekolah dalam menyusun program kegiatan penengembangan diri, pelaksanaan, dan penilaiannya.

B. LANDASAN

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat (1b) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan.

4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar sekolah.


C. PENGERTIAN

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

D. TUJUAN

Tujuan Umum

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.

2. Tujuan Khusus

Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan:
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemampuan kehidupan keagamaan
f. Kemampuan sosial
g. Kemampuan belajar
h. Wawasan dan perencanaan karir
i. Kemampuan pemecahan masalah
j. Kemandirian


E. RUANG LINGKUP

Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.

Kegiatan terprogram terdiri atas dua komponen:

Pelayanan konseling, meliputi pengembangan:
a. kehidupan pribadi
b. kemampuan sosial
c. kemampuan belajar
d. wawasan dan perencanaan karir
Ekstra kurikuler, antara lain meliputi kegiatan:

a. kepramukaan
b. latihan kepemimpinan, kegiatan ilmiah remaja, palang merah remaja
c. seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan

F. BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN

1. Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal melalui penyelenggaraan:

a. layanan dan kegiatan pendukung konseling
b. kegiatan ekstra kurikuler.

2. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut.

a. Rutin, adalah yaitu kegiatan yang dilakukan secara terjadwal dan terus menerus, seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
b. Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).
c. Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan teladan, seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.

BAB II

PENGEMBANGAN DIRI
MELALUI PELAYANAN KONSELING

A. STRUKTUR PELAYANAN KONSELING

Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.

Pengertian Konseling

Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Paradigma, Visi, dan Misi

a. Paradigma

Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.

b. Visi

Visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

c. Misi

1) Misi pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui pembentukan perilaku afektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa depan.
2) Misi pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi peserta didik di dalam lingkungan sekolah/madrasah, keluarga dan masyarakat.

3) Misi pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik mengacu pada kehidupan efektif sehari-hari.

3. Tugas Perkembangan Peserta Didik SMK
Arah pelayanan konseling dalam mencapai visi dan misi di atas didasarkan pada pemenuhan tugas-tugas perkembangan peserta didik SMK, yaitu:
a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
c. Mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat.
d. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
e. Mencapai kematangan dalam pilihan karir.
f. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
g. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
h. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni.
i. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.


4. Bidang Pelayanan Konseling

a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.

b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.

d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.



5. Fungsi Konseling
a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
e. Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

6. Prinsip dan Asas Konseling
a. Prinsip-prinsip konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang dialami peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
b. Asas-asas konseling meliputi asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kegiatan, kemandirian, kekinian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan tut wuri handayani.

7. Jenis Layanan Konseling

a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, diklat, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok diklat, jurusan/program studi, program latihan, PSG, dan kegiatan ekstra kurikuler.

d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.

f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan diklat, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.


8. Kegiatan Pendukung

a. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.
d. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya.
e. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan diklat, dan karir/jabatan.
f. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

9. Bentuk Kegiatan

a. Individual, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara perorangan.

b. Kelompok, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.

c. Klasikal, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas.

d. Lapangan, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.

e. Pendekatan Khusus, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.


10. Program Pelayanan
a. Jenis Program
1) Program Tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
2) Program Semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3) Program Bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4) Program Mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5) Program Harian, yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.

b. Penyusunan Program
1) Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.
2) Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.
(Lampiran 1 dan Lampiran 2a, 2b, 2c, dan 2d)


B. PERENCANAAN KEGIATAN

1. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan.
2. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat:
i. Sasaran layanan/kegiatan pendukung
ii. Substansi layanan/kegiatan pendukung
iii. Jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan
iv. Pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat
v. Waktu dan tempat
(Lampiran 3)

Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor. (Lampiran 1)
Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran.
Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor di sekolah/ madrasah.


C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Bersama pendidik dan personil sekolah/madrasah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, spontan, dan keteladanan.

2. Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.


Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Konseling

a. Di dalam jam diklat sekolah/madrasah:

1) Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.
2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal
3) Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

b. Di luar jam diklat sekolah/madrasah:

1) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan,, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.

2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam diklat ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.

3) Kegiatan pelayanan konseling di luar jam diklat sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.

4. Kegiatan pelayanan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program (LAPELPROG). (Lampiran 4).

5. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah (Lampiran 5)

6. Program pelayanan konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan konseling dengan kegiatan diklat mata diklat dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.


D. PENILAIAN KEGIATAN

1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui:

a. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.

b. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.

c. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.

2. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.

3. Hasil penilaian kegiatan pelayanan konseling dicantumkan dalam LAPELPROG (Lampiran 4).


Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif. (Lampiran 6 dan Lampiran 7)





E. PELAKSANA KEGIATAN

1. Pelaksana kegiatan pelayanan konseling adalah konselor sekolah/ madrasah.

2. Konselor pelaksana kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah wajib:

a. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional konseling.

b. Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/ madrasah, sejawat pendidik, dan orang tua.

c. Melaksanakan tugas pelayanan profesional konseling yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik.

d. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan pelayanan profesional konseling.

e. Mengembangkan kemampuan profesional konseling secara berkelanjutan.

Rincian kewajiban konselor Lampiran 8).
3. Beban tugas wajib konselor ekuivalen dengan beban tugas wajib pendidik lainnya di sekolah/madrasah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. (Lampiran 9a dan 9b)

4. Pelaksana pelayanan konseling


Pada satu SMK dapat diangkat sejumlah konselor dengan rasio seorang konselor untuk 150 orang peserta didik.


F. PENGAWASAN KEGIATAN

1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan.

2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara:

a. interen, oleh kepala sekolah/madrasah.
b. eksteren, oleh pengawas sekolah/madrasah bidang konseling.

3. Fokus pengawasan adalah kemampuan profesional konselor dan implementasi kegiatan pelayanan konseling yang menjadi kewajiban dan tugas konselor di sekolah/madrasah.

4. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.

5. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah.
BAB III

PENGEMBANGAN DIRI
MELALUI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER



A. STRUKTUR KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata diklat dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.

Visi dan Misi

a. Visi

Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

b. Misi

1) Menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka.

2) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan peserta didik mengekspresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

3. Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler

a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.




4. Prinsip Kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Individual, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti secara sukarela oleh peserta didik.
c. Keterlibatan aktif, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang menuntut keikutsertaan peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler dalam suasana yang disukai dan mengembirakan peserta didik.
e. Etos kerja, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang membangun semangat peserta didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan untuk kepentingan masyarakat.

5. Jenis kegiatan Ekstra Kurikuler
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA).

b. Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.

c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.

d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

6. Bentuk Kegiatan

a. Individual, yaitu bentuk kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik secara perorangan.

b. Kelompok, yaitu bentuk kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh kelompok-kelompok peserta didik.

c. Klasikal, yaitu bentuk kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik dalam satu kelas.

d. Gabungan, yaitu bentuk kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik antarkelas/antarsekolah/madrasah.

e. Lapangan, yaitu bentuk kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan lapangan.




B. PERENCANAAN KEGIATAN

Perencanaan kegiatan ekstra kurikuler mengacu pada jenis-jenis kegiatan yang memuat unsur-unsur:

1. Sasaran kegiatan

2. Substansi kegiatan

3. Pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait, serta keorganisasiannya

4. Waktu dan tempat

5 Sarana

(Lampiran 10)


C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Kegiatan ekstra kurikuler yang bersifat rutin, spontan dan keteladanan dilaksanakan secara langsung oleh guru, konselor dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah.

2. Kegiatan ekstra kurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pelaksana sebagaimana telah direncanakan. (Lampiran 11)


D. PENILAIAN KEGIATAN

Hasil dan proses kegiatan ekstra kurikuler dinilai secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.

(Lampiran 12,13, dan14)


E. PELAKSANA KEGIATAN

Pelaksana kegiatan ekstra kurikuler adalah pendidik dan atau tenaga kependidikan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan pada substansi kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.


F. PENGAWASAN KEGIATAN

1. Kegiatan ekstra kurikuler di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan.





2. Pengawasan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan secara:

a. interen, oleh kepala sekolah/madrasah.
b. eksteren, oleh pihak yang secara struktural/fungsional memiliki kewenangan membina kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.

3. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler di sekolah/madrasah.









































LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penugasan Pengasuhan kepada Konselor

PENUGASAN PENGASUHAN PESERTA DIDIK
KEPADA KONSELOR


SEKOLAH/MADRASAH
:
SMK Muhammadiyah 4
TAHUN DIKLAT
:
2007/2008
TINGKAT/PROG. KEAHLIAN
:

KONSELOR
:
Rahman, S.Pd

No.
Tingkat
Jumlah Siswa
Keterangan
1.




2.




3.




4.





Jumlah



Samarinda, Januari 2008
Kepala SMK Muhammadiyah 4




Drs. Sudiono Ngadimun, MM




Lampiran 2 a : Program Tahunan Pelayanan Konseling

PROGRAM TAHUNAN
PELAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH : SMK Muhammadiyah 4 BULAN : Januari 2008
TINGKAT/ PROG, KEAHLIAN : OT, GP MINGGU : I
KONSELOR : Rahman, S.Pd
No
Kegiatan
Materi Bidang Pengembangan
Pribadi
Sosial
Belajar
Karir
1
2
3
4
5
6
1.
Layanan Orientasi
Obyek-obyek pengembangan pribadi
Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial
Obyek-obyek pengembangan kemampuan diklat
Obyek-obyek implementasi karir



(1)
(2)
(3)
(4)
2.
Layanan Informasi
Informasi tentang perkembangan, potensi, kemampuan dan kondisi diri
Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial
Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil diklat
Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir


(5)
(6)
(7)
(8)
3.
Layanan Penempatan/Penyaluran
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi

Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan diklat
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan karir


(9)
(10)
(11)
(12)
4.
Layanan Penguasaan Konten
Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi

Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial

Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan serta penguasaan bahan diklat

Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir


(13)
(14)
(15)
(16)
5.
Layanan Konseling Perorangan
Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial
Masalah pribadi: dalam kemampuan, kegiatan dan hasil diklat
Masalah pribadi: dalam pengembangan karir


(17)
(18)
(19)
(20)












6.
Layanan Bimbingan Kelompok
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi hubungan sosial
Topik tentang: Kemampuan, kegiatan dan hasil diklat
Topik tentang: Kemampuan dan arah karir


(21)
(22)
(23)
(24)
7.
Layanan Konseling Kelompok
Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial

Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan diklat
Masalah pribadi: dalam pengembangan karir


(25)
(26)
(27)
(28)
8.
Layanan Konsultasi
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi

Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan diklat
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir


(29)
(30)
(31)
(32)
9.
Layanan Mediasi

---
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
---
---


(33)
(34)
(35)
(36)
10.
Aplikasi Instrumentasi
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah pribadi peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah hubungan sosial peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah belajar peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah karir peserta didik



(37)
(38)
(39)
(40)
11.
Himpunan Data
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi
Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial
Data kemampuan, kegiatan dan hasil diklat
Data kemampuan, arah dan persiapan karir


(41)
(42)
(43)
(44)
12.
Konferensi Kasus
Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peserta didik



(45)
(46)
(47)
(48)
13.
Kunjungan Rumah
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah pribadi

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah sosial

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah diklat

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah karir



(49)
(50)
(51)
(52)
14.
Tampilan Kepustakaan
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kehidupan pribadi

Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kemampuan sosial
Bacaan dan rekaman tentang kemampuan dan kegiatan diklat
Bacaan dan rekaman tentang arah dan kehidupan karir


(53)
(54)
(55)
(56)
15.
Alih Tangan Kasus
Pendalaman penanganan masalah pribadi

Pendalaman penanganan masalah sosial
Pendalaman penanganan masalah diklat
Pendalaman penanganan masalah karir


(57)
(58)
(59)
(60)


Samarinda, Desember 2007
Konselor




Rahman, S.Pd

Materi Pengembangan:
(1) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan pribadi, seperti:
— Fasilitas olah raga; latihan bina raga; bela diri.
— Sanggar seni dan budaya
— Tempat peribadatan
— Rehabilitasi penderita narkoba
(2) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial, seperti:
— Kegiatan gotong royong
— Perjamuan
— Seminar, lokakarya, diskusi, dan kegiatan kelompok lainnya
— Rapat besar
(3) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar, seperti
— Kursus ketrampilan
— Lembaga bimbingan belajar
— Fasilitas belajar di sekolah
— Sekolah-sekolah/madrasah lain
— Perguruan tinggi
(4) Layanan Orientasi: Obyek-obyek implementasi karir, seperti:
— PSG (Pendidikan Sistim Ganda)
— Bengkel
— Perusahaan/pabrik, industri
— Kantor
— Perkebunan, pertanian, perikanan, pertambangan
(5) Layanan Informasi: Informasi tentang perkembangan potensi, kemampuan dan kondisi pribadi, seperti:
— Kecerdasan
— Bakat
— Minat
— Karakteristik pribadi; pemahaman diri
— Tugas perkembangan, tahap perkembangan
— Gejala perkembangan tertentu
— Perbedaan individual
— Keunikan diri
(6) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial, seperti:
— Pemahaman terhadap orang lain
— Kiat berteman
— Hubungan antarremaja
— Hubungan dalam keluarga
— Hubungan dengan guru, orangtua, pimpinan masyarakat
— Data sosiogram
(7) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar, seperti:
— Kiat diklat
— Kegiatan diklat di dalam kelas
— Belajar kelompok
— Belajar mandiri
— Hasil belajar mata pelajaran
— Persiapan ulangan, ujian UAS dan UN
(8) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir, seperti:
— Hubungan antara bakat, minat, pekerjaan, dan pendidikan
— Persyaratan karir
— Pendidikan umum dan pendidikan kejuruan
— Informasi karir/pekerjaan/pendidikan
(9) , (10), (11), dan (12) Layanan Penempatan/Penyaluran: Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi, sosial, belajar, dan karir dapat dilakukan melalui penempatan di dalam kelas (berkenaan dengan tempat duduk), pada kelompok belajar; diskusi, PSG; krida; latihan keberbakatan//prestasi, kegiatan lapangan, kepanitiaan, serta kegiatan layanan bimbingan/konseling kelompok. Masing-masing penempatan/ penyaluran itu dapat dimaksudkan untuk mengembangkan satu atau lebih kemampuan peserta didik: kemampuan pribadi, sosial, belajar, karir.
(13) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi, seperti:
— Mengatur jadwal kegiatan sehari-hari: di rumah, di sekolah, di luar rumah/sekolah.
— Menyampaikan kondisi diri sendiri kepada orang lain
— Mengambil keputusan
— Menggunakan waktu senggang
— Memperkuat ibadat keagamaan
— Mengendalikan diri
— Berpikir dan bersikap positif; apresiatif
— Mematuhi peraturan lalu-lintas
(14) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial, seperti:
— Cara berbicara dengan orang yang berbeda-beda (teman sebaya, orang yang lebih tua, anggota keluarga)
— Kemampuan pidato
— Menyampaikan pendapat secara lugu (assertive) kepada orang lain
— Mendengar, memahami dan merespon secara tepat dan positif pendapat orang lain
— Melihat kebaikan orang lain dan mengekspresikannya
— Menulis surat persahabatan
— Mengucapkan salam; terima kasih; meminta maaf
— Kemampuan berdiskusi; bermusyawarah
(15) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan penguasaan bahan, seperti:
— Menyusun jadwal
— Bertanya/menjawab di dalam kelas
— Meringkas materi bacaan
— Menyusun kalimat efektif dalam paragraf
— Menyusun laporan kegiatan/tugas diklat
— Menyusun makalah
(16) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir, seperti:
— Menyalurkan bakat, minat, kegemaran yang mengarah ke karir tertentu
— Memelihara perabotan rumah tangga: pakaian, perabot, peralatan listrik
— Memperbaiki peralatan sederhana
— Menyusun lamaran pekerjaan; curriculum vitae
— Mempertimbangkan dan memilih pekerjaan
— Mempertimbangkan dan memilih pendidikan sesuai dengan arah karir
(17), (18), (19), dan (20) Layanan Konseling Perorangan:
Materi yang dibahas dalam layanan konseling perorangan tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu, melainkan akan diungkapkan oleh klien ketika layanan dilaksanakan. Apapun masalah yang diungkapkan oleh klien (masalah pribadi, sosial, diklat, ataupun karir), maka masalah itulah yang dibahas dalam layanan konseling perorangan. Dalam hal ini konselor dapat memanggil peserta didik (yaitu peserta didik yang menjadi tanggung jawab asuhannya) untuk diberikan layanan konseling untuk masalah tertentu (masalah pribadi, sosial, diklat, atau karir), namun konselor harus lebih mengutamakan masalah yang dikemukakan sendiri oleh peserta didik yang menerima layanan konseling perorangan.
(22) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan dan kondisi pribadi, seperti:
— Potensi diri
— Kiat menyalurkan bakat, minat, kegemaran, hobi
— Kebiasaan sehari-hari di rumah, kegiatan rutin, membantu orang tua, diklat Sikap terhadap narkoba, KKN, pembunuhan, perkosaan, perang
— Sikap terhadap bencana alam, kecelakaan, HAM, kemiskinan, anak terlantar
— Perbedaan individu

(22) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan dan kondisi hubungan sosial, seperti:
— Hubungan muda-mudi
— Suasana hubungan di sekolah: antarsiswa, guru-siswa, antarpersonil sekolah lainnya
— Peristiwa sosial di masyarakat: demo brutal, bentrok antarwarga
— Peranan RT/RW
— Toleransi, solidaritas
(23) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan, kegiatan dan hasil diklat, seperti:
— Kiat-kiat diklat, diklat sendiri,diklat kelompok
— Sikap terhadap mata diklat, tugas/PR, suasana diklat di sekolah, perpustakaan, laboratorium
— Sikap terhadap hasil ulangan, ujian
— Masalah menyontek dalam ulangan/ujian
— Pemanfaatan buku diklat
(24) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang pengembangan karir, seperti:
— Hidup adalah untuk bekerja
— Pengembangan etos kerja.
— Masa depan kita; masalah pengangguran; lowongan pekerjaan; PHK
— Memilih pekerjaan; memilih pendidikan lanjutan
— Masalah TKI/TKW
(25), (26), (27), dan (28) Layanan Konseling Kelompok:
Seperti untuk layanan konseling perorangan, materi yang dibahas dalam konseling kelompok tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan dikemukakan oleh masing-masing anggota kelompok. Apapun masalah yang diungkapkan oleh anggota kelompok tersebut, dan terpilih untuk dibicarakan (apakah masalah pribadi, sosial, diklalt ataupun karir) itulah yang dibahas melalui layanan konseling kelompok. Dalam hal ini konselor dapat mengikutsertakan seorang atau lebih peserta didik yang diasuhnya untuk menjadi anggota kelompok dan menjalani layanan konseling kelompok dengan masalah tertentu (masalah pribadi, sosial, diklat , atau karir) dan dapat mengupayakan agar masalah tersebut dapat dibahas, namun konselor harus lebih mengutamakan masalah yang dipilih oleh kelompok untuk dibahas dalam konseling kelompok.
(29), (30), (31), (32) Layanan Konsultasi:
Seperti untuk layanan konseling perorangan, materi yang dibahas dalam layanan konsultasi tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan dikemukakan oleh konsulti ketika layanan berlangsung. Apapun masalah yang diungkapkan oleh konsulti tentang peserta didik yang hendak dibantunya (apakah masalah pribadi, sosial, diklat , atau karir) itulah yang dibahas dalam layanan konsultasi. Konselor dapat memperkirakan apa yang hendak dikemukakan oleh konsulti untuk dibahas dalam layanan konsultasi, namun konselor harus mengutamakan pembahasan masalah yang dikemukakan sendiri oleh konsulti.
(33), (34), (35), (36) Layanan Mediasi:
Masalah yang menyebabkan perselisihan pada dasarnya adalah masalah sosial. Dalam hal ini layanan mediasi pertama-tama menangani hubungan sosial di antara pihak-pihak yang berselisih. Dalam pelaksanaan layanan mediasi boleh jadi akan muncul masalah pribadi, masalah diklat, masalah karir, dan masalah sosial lainnya yang perlu ditangani oleh konselor.
(37), (38), (39), (40) Aplikasi Instrumentasi:
Instrumen tes dan nontes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah pribadi, sosial, diklat, dan karir bentuk dan isinya bermacam-macam, seperti:
— Tes Inteligensi
— Tes Bakat
— Inventori Minat Karir
— Inventori Kreativitas
— Inventori Kepribadian: Self-Esteem; Locus of Control
— Inventori Hubungan Sosial
— Inventori Tahap Perkembangan
— Sosiometri
— Alat Ungkap Masalah: Masalah Belajar, dan Masalah-masalah lainnya
— Tes Hasil Diklat
— Tes Diagnostik
Masing-masing instrumen di atas ada yang mengukur atau mengungkapkan satu atau lebih kondisi diri peserta didik: kondisi diri pribadi, hubungan sosial, kemampuan belajar, dan atau arah/kemampuan karir.
(41) Himpunan Data: Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi, seperti:
— Identitas diri
— Potensi dasar: inteligensi, bakat, minat
— Identitas keluarga
— Riwayat kesehatan
— Catatan anekdot (kejadian khusus)
— Masalah diri pribadi

(42) Himpunan Data: Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial, seperti:
— Sosiogram
— Teman dekat
— Data hubungan sosial
— Masalah sosial
(43) Himpunan Data: Data kemampuan, kegiatan dan diklat, seperti:
— Nilai hasil diklat
— Data kegiatan diklat
— Riwayat pendidikan
— Masalah diklat
(44) Himpunan Data: Data kemampuan, arah dan persiapan karir, seperti:
— Pekerjaan orang tua/keluarga
— Bakat-minat karir, jurusan yang diambil
— Masalah karir
(45) Konferensi Kasus: Masalah pribadi, seperti:
— Sering absen, membolos
— Tingkah laku menyimpang, nakal
(46) Konferensi Kasus: Masalah sosial, seperti:
— Suka menyendiri
— Menganggu teman
(47) Konferensi Kasus: Kasus masalah diklat, seperti:
— Menganggu suasana kelas ketika sedang belajar
— Lalai mengerjakan PR
— Nilai diklat rendah
— Sulit mengikuti diklat
(48) Konferensi Kasus: Masalah karir, seperti:
— Masalah penjurusan
— Pilihan karir
— Kegiatan praktik, magang, PSG
(49), (50), (51), (52) Kunjungan Rumah:
Kegiatan kunjungan rumah dapat membawa satu atau lebih masalah peserta didik (masalah pribadi, sosial, diklat, dan atau karir) untuk dibicarakan dengan orang tua dan atau keluarga.
(53) Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman vidio dan audio tentang perkembangan dan kehidupan pribadi, seperti:
— Tahap-tahap perkembangan
— Tugas-tugas perkembangan
— Penampilan dan pengembangan bakat, minat, kegemaran
— Kehidupan keagamaan
— Bahan relaksasi
— Motivasi berprestasi
— Otobiografi: Kisah orang-orang sukses
(54) Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman vidio dan audio tentang kemampuan hubungan sosial, seperti:
— Suasana hubungan “Saya Oke, Kamu juga Oke”
— Kiat bergaul
— Kepemimpinan
— Mengatasi konflik dengan win-win solution
(55) Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman vidio dan audio tentang kemampuan dan kegiatan diklat, seperti:
— Kiat diklat di sekolah
— Panduan menulis makalah
— Bagaimana menyiapkan diri untuk ulangan/ujian
— Diklat r secara mandiri
— Belajar kelompok
(56) Tampilan Kepustakaan: Materi bacaan, film, rekaman vidio dan audio tentang arah dan kehidupan karir, misalnya:
— Apa bakat dan karir Anda?
— Informasi karir
— Panduan penjurusan
— Panduan memilih sekolah lanjutan
— Lowongan pekerjaan
— Keselamatan kerja
— Kiat sukses dalam karir
(57), (58), (59), (60), Alih Tangan Kasus:
Materi alih tangan kasus merupakan pendalaman terhadap masalah pribadi, sosial, diklat, dan atau karir peserta didik yang semula ditangani oleh konselor, dan selanjutnya memerlukan penanganan oleh pihak lain yang berkeahlian/berkewenangan.


PROGRAM TAHUNAN
PELAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH : SMK Muhammadiyah 4 TAHUN : 2007/2008
TINGKAT/ PROG.KEAHLIAN : 1, 2, 3 OT dan GP KONSELOR : Rahman, S.Pd

No

Kegiatan
Materi Bidang Pengembangan
Semester I (Juli-Desember 2007)
Semester II (Januari-Juni 2008)
Pribadi
Sosial
Diklat
Karir
Pribadi
Sosial
Diklat
Karir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1.
Layanan Orientasi
Obyek-obyek pengembangan pribadi

Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial

Obyek-obyek pengembangan kemampuan diklat

Obyek-obyek implementasi karir

Obyek-obyek pengembangan pribadi

Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial

Obyek-obyek pengembangan kemampuan diklat

Obyek-obyek implementasi karir



(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
2.
Layanan Informasi
Informasi tentang perkembangan,potensi, kemampuan dan kondisi diri

Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial

Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil diklat

Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir

Informasi tentang perkembangan,potensi, kemampuan dan kondisi diri

Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial

Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil diklat


Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir



(5)
(6)
(7)
(8)
(5)
(6)
(7)
(8)
3.
Layanan Penempatan/Penyaluran

Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan diklat

Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan karir
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan diklat


Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan karir



(9)

(10)
(11)
(12)
(9)
(10)
(11)
(12)





No

Kegiatan
Materi Bidang Pengembangan
Semester I (Juli-Desember 2007)
Semester II (Januari-Juni 2008)
Pribadi
Sosial
Diklat
Karir
Pribadi
Sosial
Diklat
Karir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4.
Layanan Penguasaan Konten
Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi

Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial

Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan penguasaan bahan diklat

Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir

Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi

Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial

Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan penguasaan bahan diklat

Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir



(13)
(14)
(15)
(16)
(13)
(14)
(15)
(16)
5.
Layanan Konseling Perorangan
Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial
Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan dan hasil diklat
Masalah pribadi: dalam pengembangan karir
Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial
Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan dan hasil diklat

Masalah pribadi: dalam pengembangan karir


(17)
(18)
(19)
(20)
(17)
(18)
(19)
(20)
6.
Layanan Bimbingan Kelompok
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi

Topik tentang: Kemampuan dan kondisi hubungan sosial
Topik tentang: Kemampuan, kegiatan dan hasil diklat

Topik tentang: Kemampuan dan arah karir

Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi

Topik tentang: Kemampuan dan kondisi hubungan sosial
Topik tentang: Kemampuan, kegiatan dan hasildiklat
Topik tentang: Kemampuan dan arah karir



(21)
(22)
(23)
(24)
(21)
(22)
(23)
(24)
7.
Layanan Konseling Kelompok
Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi

Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial
Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan diklat
Masalah pribadi: dalam pengembangan karir
Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi

Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial
Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan diklat
Masalah pribadi: dalam pengembangan karir


(25)
(26)
(27)
(28)
(25)
(26)
(27)
(28)
8.
Layanan Konsultasi
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan diklat
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan diklat
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir


(29)
(30)
(31)
(32)
(29)
(30)
(31)
(32)
9.
Layanan Mediasi
---
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
---
---
---
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih

---
---


(33)
(34)
(35)
(36)
(33)
(34)
(35)
(36)
10.
Aplikasi Instrumentasi
Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah pribadi peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah hubungan sosial peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah belajar peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah karir peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah pribadi peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah hubungan sosial peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah belajar peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah karir peserta didik



(37)
(38)
(39)
(40)
(37)
(38)
(39)
(40)
11.
Himpunan Data
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi
Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial
Data kemampuan, kegiatan dan hasil diklat
Data kemampuan, arah dan persiapan karir
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan diri pribadi
Data perkembangan, kondisi hubungan dan lingkungan sosial

Data kemampuan, kegiatan dan hasil diklat
Data kemampuan, arah dan persiapan karir


(41)
(42)
(43)
(44)
(41)
(42)
(43)
(44)
12.
Konferensi Kasus
Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peserta didik



Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peserta didik

Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peserta didik




(45)
(46)
(47)
(48)
(45)
(46)
(47)
(48)
13.
Kunjungan Rumah
Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah pribadi

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah sosial

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah diklat

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah karir

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah

Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah



(49)
(50)
(51)
(52)
(49)
(50)
(51)
(52)
14.
Tampilan Kepustakaan
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kehidupan pribadi
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kemampuan sosial
Bacaan dan rekaman tentang kemampuan dan kegiatan diklat

Bacaan dan rekaman tentang arah dan kehidupan karir
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kehidupan pribadi
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan dan kemampuan sosial
Bacaan dan rekaman tentang kemampuan dan kegiatan diklat

Bacaan dan rekaman tentang arah dan kehidupan karir


(53)
(54)
(55)
(56)
(53)
(54)
(55)
(56)
15.
Alih Tangan Kasus
Pendalaman penanganan masalah pribadi
Pendalaman penanganan masalah sosial
Pendalaman penanganan masalah diklat

Pendalaman penanganan masalah karir
Pendalaman penanganan masalah pribadi
Pendalaman penanganan masalah sosial
Pendalaman penanganan masalah diklat
r
Pendalaman penanganan masalah karir


(57)
(58)
(59)
(60)
(57)
(58)
(59)
(60)



Mengetahui, Samarinda, Desember 2007
Kepala SMK ISTIQOMAH MUHAMMADIYAH 4 Konselor




Drs. Sudiono Ngadimun, MM Rahman, S.Pd










PROGRAM SEMESTER
PELAYANAN KONSELING

SEMESTER : II (GENAP)
SEKOLAH/MADRASAH : SMK Muhammadiyah 4 BULAN : JANUARI - JUNI
TINGKAT/ PROG KEAHLIAN : 1,2,3 OT dan GP KONSELOR : Rahman, S.Pd


No

Kegiatan
Materi Bidang Pengembangan
Semester II (JANUARI – JUNI 2008)
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
Bulan V
Bulan VI
1.
Layanan Orientasi
Fasilitas olahraga dan rekreasi

Lingkungan sosial
Fasilitas perpustakaan; laboratorium
Lingkungan alam
Lingkungan sekitar sekolah
Lingkungan budaya; kerja


(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(4)
2.
Layanan Informasi
Penjurusan di SMk
Informasi karir terkait dengan jurusan di SMK

Informasi potensi diri
Informasi perkembagan diri
Informasi kegiatan diklat
Informasi hasil sosiometri


(5) dan (8)
(8)
(5)
(5)
(7)
(6)
3.
Layanan Penempatan/Penyaluran
Penempatan/penya-luran sesuai kebutuhan siswa

Penempatan/penya-luran sesuai kebutuhan siswa
Penempatan/penya-luran sesuai kebutuhan siswa
Penempatan/penya-
luran sesuai kebutuhan siswa
Penempatan/penya-
luran sesuai kebutuhan siswa
Penempatan/penya-
luran sesuai kebutuhan siswa


(9,10, 11)
(9,10, 11)
(9,10, 11)
(9,10, 11)
(9,10, 11, 12)
(9,10, 11, 12)
4.
Layanan Penguasaan Konten
Kompetensi dan kebiasaan kehidupan pribadi/sosial

Kompetensi dan kebiasaan kehidupan pribadi/sosial
Kompetensi dan kemampuan kebiasaan kegiatan diklat
Kompetensi dan kebiasaan kegiatan diklat
Kompetensi dan kebiasaan kegiatan diklat
Kompetensi dan kebiasaan kehidupan karir


(13, 14)
(13, 14)
(15)
(15)
(15)
(16)
5.
Layanan Konseling Perorangan

Masalah pribadi
Masalah pribadi
Masalah pribadi
Masalah pribadi
Masalah pribadi
Masalah pribadi




(17, 18, 19, 20)

(17, 18, 19, 20)

(17, 18, 19, 20)

(17, 18, 19, 20)

(17, 18, 19, 20)

(17, 18, 19, 20)








No

Kegiatan
Materi Bidang Pengembangan
Semester II (JANUARI – JUNI 2008)
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
Bulan V
Bulan VI
6.
Layanan Bimbingan Kelompok

Topik tentang: Tahun ajaran baru
Topik tentang: Kemampuan diri
Topik tentang: Kemampuan sosial
Topik tentang: Kegiatan diklat
Topik tentang: Hasil diklat
Topik tentang: Arah karir


(21, 22, 23)
(21)
(22)
(23)
(23)
(24)
7.
Layanan Konseling Kelompok
Masalah pribadi/sosial/diklat/ karir
Masalah pribadi/sosial/ diklat /karir
Masalah pribadi/sosial/diklat /karir
Masalah pribadi/sosial/ diklat /karir
Masalah pribadi/sosial/diklat /karir
Masalah pribadi/sosial/ diklat /karir


(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
8.
Layanan Konsultasi

Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik

Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik


(29, 30, 31, 32)
(29, 30, 31, 32)
(29, 30, 31, 32)
(29, 30, 31, 32)
(29, 30, 31, 32)
(29, 30, 31, 32)
9.
Layanan Mediasi

Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih

Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih
Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih


(31, 34, 35, 36)
(31, 34, 35, 36)
(31, 34, 35, 36)
(31, 34, 35, 36)
(31, 34, 35, 36)
(31, 34, 35, 36)
10.
Aplikasi Instrumentasi

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik

Intrument tes dan non tes untuk mengungkapkan kondisi dan masalah peserta didik



(37, 38, 39, 40)
(37, 38, 39, 40)
(37, 38, 39, 40)
(37, 38, 39, 40)
(37, 38, 39, 40)
(37, 38, 39, 40)
11.
Himpunan Data
Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/ diklat / karir

Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/ diklat / karir

Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/ diklat / karir

Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/ diklat / karir

Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/ diklat / karir

Data perkembangan, kondisi dan lingkungan pribadi/sosial/ diklat / karir


(41,42, 43, 44)
(41,42, 43, 44)
(41,42, 43, 44)
(41,42, 43, 44)
(41,42, 43, 44)
(41,42, 43, 44)



No

Kegiatan
Materi Bidang Pengembangan
Semester II (JANUARI – JUNI 2008)
Bulan I
Bulan II
Bulan III
Bulan IV
Bulan V
Bulan VI
12.
Konferensi Kasus
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peserta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peserta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peserta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peserta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peserta didik
Pembahasan kasus-kasus tertentu yang dialami peserta didik


(45, 46, 47, 48)
(45, 46, 47, 48)
(45, 46, 47, 48)
(45, 46, 47, 48)
(45, 46, 47, 48)
(45, 46, 47, 48)
13.
Kunjungan Rumah

Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/ diklat r/karir.

Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/ diklat/ karir.

Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/ diklat /karir.

Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial diklat /karir.

Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/ diklat / karir.

Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/ diklat /karir.



(49, 50, 51, 52)
(49, 50, 51, 52)
(49, 50, 51, 52)
(49, 50, 51, 52)
(49, 50, 51, 52)
(49, 50, 51, 52)
14.
Tampilan Kepustakaan
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/ diklat /karir

Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/ diklat /karir
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/ diklat /karir
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/ diklat / karir
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/ diklat / karir
Bacaan dan rekaman tentang perkembangan/ kehidupan/kegiatan pribadi/sosial/ diklat /karir


(53, 54, 55, 56)
(53, 54, 55, 56)
(53, 54, 55, 56)
(53, 54, 55, 56)
(53, 54, 55, 56)
(53, 54, 55, 56)
15.
Alih tangan Kasus
Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial diklat / karir

Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/ diklat / karir

Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/ diklat /karir

Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/ diklat /karir

Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/ diklat /karir

Pendalaman penanganan masalah pribadi/sosial/ diklat /karir



(57, 58, 59, 60)
(57, 58, 59, 60)
(57, 58, 59, 60)
(57, 58, 59, 60)
(57, 58, 59, 60)
(57, 58, 59, 60)

Mengetahui, Samarinda, Desember 2007
Kepala SMK ISTIQOMAH MUHAMMADIYAH 4 Konselor




Drs. Sudiono Ngadimun, MM Rahman, S.Pd
PROGRAM MINGGUAN
PELAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH : SMK Muhammadiyah 4 BULAN : Desember 2007
TINGKAT/ PROG, KEAHLIAN : I, II, III OT dan GP MINGGU : II (10-16 Desember 2007)
KONSELOR : Rahman, S.Pd
No
Kegiatan
Materi Bidang Pengembangan
Pribadi
Sosial
Belajar
Karir
1
2
3
4
5
6
1.
Layanan Orientasi
-
-
-
-
2.
Layanan Informasi
-
-
Penjurusan bagi siswa SMK





(8)

3.
Layanan Penempatan/Penyaluran
-
-
-
-
4.
Layanan Penguasaan Konten
-
-
-
-
5.
Layanan Konseling Perorangan
Masalah Kehidupan pribadi*)
(17)
Masalah hubungan sosial*)
(18)
Masalah diklat*)
(19)
Masalah karir*)
(20)
6.
Layanan Bimbingan Kelompok
-
Teman baru
(22)
Memasuki tahun diklat baru
(27)

7.
Layanan Konseling Kelompok
Masalah kehidupan pribadi*)
(17)
Masalah hubungan sosial*)
(18)
Masalah diklat
(19)
Masalah karir*)
(20)
8.
Layanan Konsultasi
-
-
-
-
9.
Layanan Mediasi
-
-
-
-
10.
Aplikasi Instrumentasi
Pengungkapan masalah**)
Pengungkapan masalah**)
Pengungkapan masalah**)
Pengungkapan masalah**)


(37, 38, 39, 40)
(37, 38, 39, 40)
(37, 38, 39, 40)
(37, 38, 39, 40)
11.
Himpunan Data




12.
Konferensi Kasus
-
-
-
-
13.
Kunjungan Rumah
-
-
-
-
*) Tergantung pada siswa yang datang/memerlukan layanan
**) Dengan menggunakan AUM UMUM
***) Menggunakan dan menambah koleksi yang ada14.
Tampilan Kepustakaan
***)
***)
***)
***)
15.
Alih Tangan Kasus
-
-
-
-
Samarinda, Desember 2007
Konselor


Rahman, S.PdLampiran 3 : Rencana Program Harian Pelayanan Konseling

PROGRAM HARIAN
PELAYANAN KONSELING



SEKOLAH/MADRASAH
:
:SMK Muhammadiyah 4
· Satuan Layanan(SATLAN)
· Satuan Kegiatan Pendukung (SATKUNG)
BULAN
:
Desember 2007

TINGKAT/ PROGRAM KEAHLIAN
:
I, II, III OT dan GP
MINGGU
:
II (10-16 Desember)



KONSELOR
:
Rahman, S.Pd

No.
Tanggal/
Waktu
Jam
Pemb
Sasaran Kegiatan
Kegiatan
Layanan/Pendukung
Materi Kegiatan
Alat Bantu
Tempat
Pelaksana
Keterangan
1
2

3
5
4
6
7
8
9
1.

2
Tingkat I OT 1
Aplikasi intrumentasi
Pengungkapan masalah umum
AUM Umum Format SMK
Ruang kelas
Konselor
Hasil langsung diolah melalui program komputer





(37, 38, 39, 40)




2.

2
Tingkat III OT 2
Aplikasi intrumentasi
Pengungkapan masalah umum
AUM Umum Format SMK
Ruang kelas
Konselor
Hasil langsung diolah melalui program komputer





(37, 38, 39, 40)




3.

2
Tingkat I GP 1
Aplikasi intrumentasi
Pengungkapan masalah umum
AUM Umum Format SMK
Ruang kelas
Konselor
Hasil langsung diolah melalui program komputer





(37, 38, 39, 40)




4.

2
Tingkat III GP 2
Aplikasi intrumentasi
Pengungkapan masalah umum
AUM Umum Format SMK
Ruang kelas
Konselor
Hasil langsung diolah melalui program komputer





(37, 38, 39, 40)




5.

2
Tingkat II GP 1
Layanan Informasi
Penjurusan bagi siswa SMK
Film tentang kegiatan praktikum di laboratorium
Ruang Kelas
Konselor
Layanan pertama secara klasikal





(5), (6), (7), (8)




6.

2
Klp. Ii/II GP/OT
Layanan Bimbingan Kelompok

Memasuki tahun ajaran baru
KTSP Tingkat II SMK dan buku wajib
Ruang Perpustakaan sekolah
Konselor
Layanan kelompok pertama





(27)






7.

2
III OT/GP

Layanan Konseling Perorangan*)

-
Ruang Konseling
Konselor
-





(19)




8.



2






Klp. II/2 GP
Layanan Bimbingan Kelompok

Memasuki tahun ajaran baru
KTSP Tingkat II AK dan buku wajib
Ruang Perpustakaan sekolah
Konselor dan Wali kelas
Layanan kelompok pertama
9.

2
Klp. II/ II OT I

Layanan Konseling Kelompok
Bakat untuk memasuki program akuntansi
KTSP Tingkat II SMK dan buku wajib
Ruang Konseling Kelompok
Konselor dan Wali kelas
Kelompok membahas masalah pribadi seorang anggota kelompok





(29)




10.

2
BUDI
Layanan Konseling Perorangan *)
*)
-
Ruang Konseling
Konselor
-





(19)




11.

2
Klp. II/II GP

Layanan Bimbingan Kelompok

Memasuki tahun ajaran baru
KTSP tingkat II SMK dan buku wajib
Ruang Perpustakaan sekolah
Konselor dan Wali kelas
Layanan kelompok pertama

*) Sudah ada perjanjian terlebih dahulu dan materi layanan dikemukakan pada awal pelaksanaan layanan
Samarinda, Desember 2007
Konselor


Rahman, S.Pd

























Lampiran 4 : Contoh Lapelprog
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM
PELAYANAN KONSELING
BULAN : Desember 2007
MINGGU : III (17-22 Desember 2007)
KONSELOR : Rahman, S.Pd
SEKOLAH/MADRASAH : SMK Muhammadiyah 4
TINGKAT/PROGRAM : I, II, III OT dan GP




No.
Tanggal Kegiatan
Jam
Pemb.
Sasaran Kegiatan
Kegiatan Layanan/Pendukung
Materi Kegiatan
Evaluasi

Hasil
Proses
1.

2
Tingkat II OT 1
Aplikasi intrumentasi
Pengungkapan masalah umum
· Laiseg: Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; lembar jawaban diolah dan hasilnya akan disampaikan kepada siswa seminggu kemudian








2.

2
Tingkat II OT II
Aplikasi intrumentasi
Pengungkapan masalah umum
· Laiseg: Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya

Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; seorang siswa tidak hadir; lembar jawaban diolah dan hasilnya akan disampaikan seminggu kemudian kepada siswa.








3.

2
Tingkat II GP 1
Aplikasi intrumentasi
Pengungkapan masalah umum
· Laiseg: Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; siswa banyak bertanya; lembar jawaban diolah dan hasilnya disampaikan kepada siswa seminggu kemudian








4.

2
Tingkat II GP 2
Aplikasi intrumentasi
Pengungkapan masalah umum
· Laiseg: Siswa memahami tujuan pengungkapan masalah dan sangat mengharapkan hasil-hasilnya
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Pengadministrasikan AUM berjalan lancar; seorang siswa terlambat sehingga diberi waktu tersendiri; lembar jawaban diolah dan hasilnya disampaikan kepada siswa seminggu kemudian.








5.

2
Tingkat III GP 1
Layanan Informasi
Penjurusan bagi siswa SMK
· Laiseg: Siswa memahami arah penjurusan
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Penyajian disertai diskusi dengan partisipasi aktif siswa



6




2



Klp. I/ II GP 2




Layanan Bimbingan kelompok




Memasuki tahun ajaran baru



· Laiseg: Anggota kelompok memahami tuntutan kelas baru
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian



Siswa gembira mengikutinya; kekurangan waktu karena hari semakin sore; kesempatan berikutnya membahas topik lain.
7.

2
OT/GP
Layanan Konseling perorangan
Kemampuan melanjutkan pelajaran
· Laiseg: Siswa dengan senang hati memahami dan berupaya memenuhi tuntutan menjalani Tingkat II OTdi SMK
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Agak terganggu oleh suasana di luar ruangan konseling; kesempatan berikutnya membahas masalah siswa lain.
8.

2
Klp. II/ II OT/GP
Layanan Bimbingan Kelompok
Memasuki tahun ajaran baru
· Laiseg: Anggota kelompok memahami tuntutan kelas baru
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Siswa gembira mengikutinya; kekurangan waktu karena hari semakin sore; kesempatan berikutnya membahas topik lain.
9.

2
Klp. I/I OT/ GP
Layanan Konseling Kelompok
Bakat untuk memasuki program OT/GP
· Laiseg: Siswa tidak perlu ragu tentang kecocokan dirinya untukprogram akuntansi
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian

Anggota kelompok secara aktif memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi siswa yang masalahnya dibahas. Kesempatan berikutnya membahas masalah siswa lain.

10.

2
ADE
Layanan Konseling Perorangan
Pengenalan Diri
· Laiseg: Siswa menunda kependahannya serta memahami dan berupaya memenuhi tuntutan menjalani tingkat II AK di SMK
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Agak terganggu oleh suasana di luar ruangan konseling; perlu bicara dengan orang tua.

11.

2
Klp. II/II GP/OT

Layanan Bimbingan Kelompok
Memasuki tahun ajaran baru
· Laiseg: Siswa tidak perlu ragu tentang kecocokan dirinya untuk proram akuntasi
· Laijapen: akan dilaksanakan beberapa minggu kemudian
Siswa antusias; mereka banyak menampilkan pengalaman pribadi. Kesempatan berikutnya membahas topik lain.

Samarinda, Desember 2007

Ttd

Rahman, S.Pd





Lampiran 5
Volume Kegiatan Mingguan
Pelayanan Konseling

1. Volume kegiatan mingguan konselor disusun dengan memper-hatikan :

a. Peserta didik yang diasuh seorang konselor : 150 orang

b. Jumlah jam pembelajaran wajib : sesuai peraturan yang
berlaku

c. Satu kali kegiatan layanan atau pendukung
konseling ekuivalen dengan : 2 jam pembelajaran

2. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas kegiatan mingguan seorang konselor minimal berupa 9 (sembilan) kali kegiatan (layanan atau pendukung) tiap-tiap satu minggu

3. Semua kegiatan (minimal) mingguan tersebut secara langsung ditujukan kepada seluruh peserta didik (150 orang) yang diasuh konselor.

4. Semua kegiatan (minimal) mingguan tersebut diselenggarakan di dalam kelas/sewaktu jam pembelajaran berlangsung dan atau di luar kelas/di luar jam pembelajaran.

5. Kegiatan pelayanan konseling, baik berupa layanan maupun pendukungnya, yang diselenggarakan di dalam maupun di luar jam pembelajaran dalam satu minggu dihitung ekuivalensinya dengan jam pembelajaran mingguan.









Lampiran 6: Jenis dan Frekwensi Layanan yang Diterima Peserta Didik

LAYANAN KONSELING
YANG DITERIMA PESERTA DIDIK


SEKOLAH/MADRASAH: SMK Muhammadiyah 4 SEMESTER : II (Januari-Juni 2008)
Tingkat : I KONSELOR : Rahman, S.Pd




Jenis Layanan
Orien
tasi
Infor
masi
Penem/
peny
Peng
kont
Kons peror
Bimb klp
Kons klp
Konsul
tasi
Medi
asi
Jml
1












2












3












4












5












6












7












8












9












10












11












12












13












14












15












16












17












18












19












20












21












22












23












24












25












26












27












28












29












30












31












32












33












34












35












36












Keterangan
— Layanan Orientasi dilaksanakan di luar kelas/lapangan
— Layanan Informasi/Penempatan Penyaluran/Penguasaan Konten dilaksanakan di dalam kelas
— Layanan Konseling Perorangan dilaksanakan secara perorangan di luar kelas
— Layanan Bimbingan Kelompok/Konseling Kelompok dilaksanakan di luar kelas, dan dengan pengaturan tertentu dapat dilaksanakan pada jam pembelajaran di kelas
— Layanan Konsultasi/Mediasi dilakukan di luar kelas



Samarinda, Desember 2007
Konselor

Ttd

Rahman, S.Pd






Lampiran 7 : Contoh Laporan Nilai Hasil Kegiatan Layanan Konseling

NILAI HASIL
LAYANAN KONSELING

SEKOLAH/MADRASAH: SMK Muhammadiyah 4 SEMESTER : II (Januari-Juni 2008)
TINGKAT : I KONSELOR : Rahman, S.Pd
No.
N a m a
NIS
Nilai
Keterangan
1.




2.




3.




4.




5.




6.




7.




8.




9.




10.




11.




12.




13.




14.




15.




16.




17.




18.




19.




20.




21.




22.




23.




24.




25.




26.




27.




28.




29.




30.




31.




32.




33.




34.




35.




36.




Keterangan: Samarinda, Desember 2007
·
Konselor

Ttd

Rahman, S.PdPenilaian difokuskan pada kehadiran siswa dalam
pelaksanaan pelayanan konseling, hasil penguasaan
materi, pelayanan orientasi, informasi dan penguasaan
konten, hasil laiseg, laijapen, dan laijapang
· Nilai yang diberikan hanya ada dua kategori :
Nilai A berarti memuaskan
Nilai B berarti memadai
· Kolom keterangan diisi PK (perhatian khusus) apabila
siswa yang bersangkutan masih perlu mendapat
perhatian khusus.

· Penilaian ini bersifat pengembangan dan tidak untuk menentukan kenaikan kelas





Lampiran 8 : Rincian Kewajiban Konselor

KONSELOR YANG BERTUGAS DI SEKOLAH/MADRASAH DIWAJIBKAN MENGUASAI DAN MENYELENGGARAKAN HAL-HAL BERIKUT:
1. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional konseling
a. Konselor menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, yaitu pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan teraputik.
1) Pelayanan dasar dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik.
2) Pelayanan pengembangan dimaksudkan mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik peserta didik akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengembangan bagi peserta didik. Di sekolah/madrasah, konselor, guru, dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap peserta didik.
3) Pelayanan teraputik dimaksudkan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir, serta kehidupan keberagamaan. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, konselor memiliki peran dominan. Peran konselor dapat menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar dan pengembangan.

b. Konselor menguasai spektrum pelayanan profesional konseling, meliputi:
1) Wawasan keilmuan, keterampilan keahlian, kode etik, dan organisasi profesi konseling.
2) Paradigma, visi dan misi pelayanan konseling
3) Bidang pelayanan konseling
4) Fungsi, prinsip, dan asas konseling
5) Jenis layanan, kegiatan pendukung, dan format pelayanan konseling
6) Operasionalisasi kegiatan konseling terhadap berbagai sasaran pelayanan

2. Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/madrasah, sejawat pendidik, dan orang tua
a. Sejak awal bertugas di sekolah/madrasah, konselor merumuskan secara konkrit dan jelas tugas dan kewajiban profesionalnya dalam pelayanan konseling, meliputi:
1) Struktur pelayanan konseling
2) Program pelayanan konseling
3) Pengelolaan program pelayanan konseling
4) Evaluasi hasil dan proses pelayanan konseling
5) Tugas dan kewajiban pokok konselor.
b. Hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a dijelaskan kepada peserta didik, pimpinan, dan sejawat pendidik di sekolah/madrasah, dan orang tua secara profesional dan proporsional.

3. Melaksanakan tugas pelayanan profesional konseling yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik.
a. Unsur-unsur pokok dalam tugas pelayanan konseling di sekolah/madrasah:
1) Jumlah peserta didik yang diasuh seorang konselor 150 orang. Konselor wajib memberikan pelayanan konseling kepada seluruh peserta didik yang diasuhnya sesuai kebutuhan dan masalah masing-masing.
2) Program tahunan, semesteran, bulanan, mingguan, dan kegiatan harian pelayanan konseling. Program-program ini disusun secara proporsional dan berkesinambungan antarkelas dan antarjenjang kelas di sekolah/madrasah.
3) SATLAN, SATKUNG, dan LAPELPROG. Seluruh program kegiatan direncanakan, dilaksanakan, dilaporkan secara tertulis dan didokumentasikan.
4) Pelayanan terhadap masing-masing peserta didik yang diasuh sebanyak minimal 10 (sepuluh) kali kegiatan pelayanan konseling setiap semester. Konselor melayani seluruh peserta didik asuhannya; tanpa kecuali.
5) Jumlah jam pembelajaran wajib pelayanan konseling seminggu ekuivalen dengan jam pembelajaran wajib guru. Jumlah jam pembelajaran wajib ini dihitung perbulan dengan menggunakan Format Perhitungan Jam Kegiatan Pelayanan Konseling di Sekolah/Madrasah.
b. Tugas yang mengandung unsur-unsur pokok sebagaimana tersebut di atas merupakan “perjanjian kerja” yang wajib dilaksanakan oleh konselor dan secara berkala dipertanggungjawabkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.

4. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan pelayanan profesional konseling
a. Hal-hal berikut ini perlu dicegah untuk tidak terjadi atau tidak dilakukan oleh konselor:
1) Tercerderainya asas kerahasiaan, karena konselor secara langsung ataupun tidak langsung mengemukakan hal-hal berkenaan dengan diri peserta didik yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang lain.
2) Memberikan label kepada peserta didik, baik perorangan maupun kelompok, dengan cara apapun, yang berkonotasi negatif terhadap peserta didik yang bersangkutan.
3) Bertindak laksana “polisi sekolah” yang memata-matai ataupun mencari-cari kesalahan peserta didik, seperti bertindak sebagai piket keamanan, perazzia, pencari pencuri. Dalam hal ini, konselor dapat menerima peserta didik yang terjaring dalam kegiatan “kepolisian sekolah” yang dilakukan oleh pihak lain, untuk mendapatkan pelayanan konseling.
4) Membuat ataupun menyetujui dibuatnya “surat perjanjian” dengan peserta didik yang berkonotasi atau berakhir pada sanksi ataupun hukuman tertentu. Dalam hal ini, konselor dapat menerima peserta didik yang telah membuat perjanjian dengan pihak lain, untuk mendapatkan pelayanan konseling agar terhindar dari sanksi ataupun hukuman sebagaimana dinyatakan dalam “surat perjanjian”.
5) Kondisi tempat ataupun ruang kerja konselor yang dapat mengganggu kesukarelaan, ketenangan, dan terjaminnya kerahasiaan peserta didik yang datang kepada konselor untuk mendapatkan pelayanan konseling.
b. Hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a sejak awal disampaikan oleh konselor kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, sejawat pendidik, dan pimpinan sekolah/madrasah untuk mendapatkan dukungan dan faslitas dalam mewujudkannya.

5. Mengembangkan kemampuan profesional konseling secara berkelanjutan
a. Pengembangan kemampuan profesional konselor dapat dilaksanakan melalui:
1) Pengawasan kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah, baik yang dilaksanakan secara interen oleh pimpinan sekolah/madrasah, maupun oleh Pengawas Sekolah Bidang Konseling.
2) Diskusi profesional yang diikuti oleh para konselor sekolah/madrasah (dalam satu sekolah/madrasah ataupun antarsekolah/madrasah) untuk membahas kasus-kasus peserta didik.
3) Partisipasi dalam kegiatan keorganisasian profesi konseling
4) Pendidikan dalam jabatan (seperti penataran) dan pendidikan lanjutan dalam bidang konseling.
5) Kegiatan dalam rangka kredensialisasi untuk sertifikasi, akreditasi, dan atau lisensi dalam bidang konseling.

b. Untuk terlaksananya hal-hal sebagaimana tersebut pada butir a konselor membicarakannya dengan pimpinan sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain berkenaan dengan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan pelaporannya.


ISIAN FORMAT
Lampiran 9 aPERHITUNGAN JAM KEGIATAN
PELAYANAN KONSELING DI SEKOLAH/MADRASAH

SEKOLAH/MADRASAH : SMK Muhammadiyah 4 BULAN : Januari 2008
TINGKAT/PROGRAM : I, II, III OT dan GP KONSELOR : Rahman, S.Pd


No
Jenis Kegiatan
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
Jumlah
Frek
Ek.Jp
Frek
Ek.Jp
Frek
Ek.Jp
Frek
Ek.Jp
Frek
Ek.Jp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1.
Layanan Orientasi










2.
Layanan Informasi










3.
Layanan Penempatan/Penyaluran










4.
Layanan Penguasaan Konten










5.
Layanan Konseling Perorangan










6.
Layanan Bimbingan Kelompok










7.
Layanan Konseling Kelompok










8.
Layanan Konsultasi










9.
Layanan Mediasi










10.
Aplikasi Instrumentasi










11.
Konferensi Kasus










12.
Kunjungan Rumah











Jumlah










Samarinda, Desember 2007
Konselor

Ttd

Rahman, S.Pd
Rata-rata perminggu: ∑ JP/4 = 22/1 = 22 JP

Keterangan :
--- Kegiatan pendukung Himpuan Data, Tampilan Kepustakaan, dan Alih
Tangan Kasus tidak diperhitungkan ke dalam jam pembelajaran
--- Frek = Frekuensi banyaknya kegiatan layanan/pendukung
--- JP = Jam Pembelajaran
--- Ek.Jp = Ekuivalensi Jam Pembelajaran
*) Libur
**) Pekan Orientasi
Lampiran 9 b




ISIAN FORMAT
PERHITUNGAN JAM KEGIATAN
P E L A Y A N A N K O N S E L I N G DI SEKOLAH/MADRASAH


SEKOLAH/MADRASAH
: SMK Muhammadiyah 4


BULAN
:Jaanuari 2008


TINGKA/PROGRAM
: I, II, III OT dan GP


KONSELOR
:Rahman, S.Pd




:







No.

Jenis Kegiatan
Minggu
Minggu
Minggu
Minggu
Jumlah


I
II
III
IV


Frek
Ek.Jp
Frek
Ek.Jp
Frek
Ek.Jp
Frek
Ek.Jp
Frek
Ek.Jp
1

Layanan Orientasi










2

Layanan Informasi










3

Layanan Penempatan/Penyaluran










4

Layanan Penguasaan Konten










5

Layanan Konseling Perorangan










6

Layanan Bimbingan Kelompok










7

Layanan Konseling Kelompok










8

Layanan Konsultasi










9

Layanan Mediasi










10

Aplikasi Instrumentasi










11

Konferensi Kasus










12

Kunjungan Rumah












Jumlah













Rata-rata per minggu : JP/4 = ..... /4 = ..... JP
Keterangan:





Samarinda, Januari 2007
---

Kegiatan pendukung Himpunan Data, Tampilan Kepustakaan, dan Alih Tangan Kasus tidak diperhitungkan ke dalam jam pembelajaran
Konselor

Ttd



---

Frek = Frekkuensi banyaknya kegiatan layanan/pendukung dilaksanakan

( Rahman, S.Pd )


---

PJ = Jam Pembelajaran


























Lampiran 10: Rambu-rambu Rencana Kegiatan Ekstra Kurikuler

ISI RENCANA KEGIATAN


1. Jenis kegiatan 1)

2. Waktu kegiatan 2)

3. Sasaran: peserta didik yang akan dikenai kegiatan3)

4. Rangkaian kegiatan 4)

5. Tempat kegiatan: sekolah/madrasah sendiri, dan atau sekolah/ madrasah yang menyelenggarakan kegiatan yang sama, dan atau tempat lain.

6. Peralatan yang digunakan: sesuai dengan karakteristik jenis kegiatan.

7. Pelaksana: pelaksana utama dan pihak-pihak lain yang terlibat.

8. Pengorganisasian kegiatan 5)



Keterangan:

1) Pilih salah satu jenis kegiatan ekstra kurikuler yang akan diselenggarakan: Kepramukaan, LKDS, PMR, Paskibra, KIR, Lomba/keberbakatan/pretasi olahraga, seni dan budaya, teater, cinta alam, jurnalistik, keagamaan, seminar, lokakarya.

2) Sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler yang dimaksud.

3) Peserta didik yang dikenai kegiatan ekstra kurikuler dapat berasal dari satu atau dari sejumlah sekolah/madrasah.

4) Rangkaian kegiatan disesuaikan karakteristik jenis kegiatan kurikuler.

5) Sesuai dengan karakteristik jenis kegiatan ekstra kurikuler. Jika diperlukan dapat dibentuk kepanitiaan tersendiri.












Lampiran 11: Rambu-rambu Pelaksanaan Kegiatan Ekstra Kurikuler



ISI PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Rekrutmen peserta kegiatan 1)

2. Penyiapan perlengkapan dan peralatan: sesuai dengan tahap-tahap kegiatan.

3. Penyiapan pelaksana kegiatan.

4. Kegiatan awal: menyiapkan peserta untuk dapat melaksanakan kegiatan inti.

5. Kegiatan inti: sesuai dengan substansi untuk mencapai tujuan kegiatan.

6. Kegiatan akhir.

7. Evaluasi 2)



Keterangan:

1) Berdasarkan kebutuhan, potensi, bakat, dan atau minat peserta didik yang menjadi ciri khas dari jenis kegiatan ekstra kurikuler dimaksud.

2) Evaluasi terhadap hasil dan proses penyelenggaraan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan. Dalam evaluasi dihasilkan kualitas pencapaian peserta didik berkenaan dengan kegiatan yang dimaksud





















Lampiran 12: Rambu-rambu Laporan Kegiatan Ekstra Kurikuler



ISI LAPORAN KEGIATAN


1. Jenis kegiatan

2. Waktu kegiatan

3. Sasaran kegiatan

4. Tahap-tahap kegiatan

5. Hasil evaluasi: termasuk di dalamnya evaluasi hasil dan proses kegiatan

6. Faktor penunjang dan pendukung

7. Rekomendasi



Keterangan:

Laporan disampaikan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya.
























Lampiran 13: Contoh Laporan Keikutsertaan Peserta Didik dalam Kegiatan Ektra Kurikuler

KEIKUTSERTAAN PESERTA DIDIK
DALAM KEGIATAN EKTRA KURIKULER


SEKOLAH/MADRASAH: SMK Muhammadiyah 4 SEMESTER : II (Januari-Juni 2008)
TINGKAT : I Penanggung Jawab :Drs. Mustaqorobin




Jenis Kegiatan
PS
BASKET
PMR
Paskibra
KIR
Karate
Rohis
Jurna-
listik
Lain-lain
Jml
1












2












3












4












5












6












7












8












9












10












11












12












13












14












15












16












17












18












19












20












21












22












23












24












25












26












27












28












29












30












31












32












33












34












35












36












Samarinda, Desember 2007
Penanggung Jawab

Ttd

(Drs. Mustaqorobin )






Lampiran 14: Nilai Peserta Didik dalam Kegiatan Ektra Kurikuler

NILAI PESERTA DIDIK
DALAM KEGIATAN EKTRA KURIKULER


SEKOLAH/MADRASAH: SMK Muhammadiyah 4 SEMESTER : II (Januari-Juni 2008)
TINGKAT : I Penanggung Jawab : Drs. Mustaqorobin



Jenis Kegiatan
PS
BASKET
PMR
Paskibra
KIR
KARATE
ROHIS
Jurnalistik
Lain-lain
Jml
1












2












3












4












5












6












7












8












9












10












11












12












13












14












15












16












17












18












19












20












21












22












23












24












25












26












27












28












29












30












31












32












33












34












35












36












Keterangan:
· Penilaian difokuskan pada kehadiran peserta didik dalam
kegiatan dan kualitasan keikutsertaannya.
· Nilai diberikan dalam tiga kategori:
Nilai A berarti baik sekali
Nilai B berarti baik
Niai C berarti cukup
· Penilaian ini bersifat pengembangan dan tidak untuk menentukan kenaikan kelas

Samarinda, Desember 2007
Penanggung jawab

Ttd

(Drs. Mustaqorobin)